Grobogan, Demokratis
Di tengah panas terik dan aroma tanah basah, sejumlah anggota Polsek Pulokulon terlihat tak canggung menyusuri pematang sawah. Bukan untuk mengejar pelaku kejahatan, tapi kali ini mereka ikut ambil bagian dalam gropyokan tikus — memburu hama yang menjadi momok petani — bersama warga Desa Sembungharjo, Rabu (2/7/2025).
Aksi ini bukan sekadar seremonial. Didorong oleh keluhan para petani yang tanamannya rusak akibat serangan tikus dalam beberapa pekan terakhir, Polsek Pulokulon bergerak cepat. Mereka menggandeng Koramil dan perangkat desa untuk turun langsung ke lapangan, membuktikan bahwa polisi tak hanya hadir saat ada kejahatan, tapi juga saat petani butuh uluran tangan.
“Ini bagian dari bentuk kepedulian kami. Hari ini kami tidak hanya bertugas sebagai aparat penegak hukum, tapi juga sebagai mitra petani dalam menjaga hasil panen,” ujar Kapolsek Pulokulon, AKP Danang Esanto di sela kegiatan.
Menurutnya, pengendalian hama secara gotong royong seperti ini terbukti jauh lebih efektif dibanding upaya individu. Tak kurang dari 600 ekor tikus berhasil ditangkap dalam kegiatan tersebut — angka yang cukup menggambarkan seberapa serius ancaman hama ini terhadap pertanian lokal.
Lebih dari sekadar pemberantasan hama, kegiatan ini mencerminkan sinergi antara aparat dan masyarakat dalam mendukung program ketahanan pangan nasional — salah satu pilar penting dari Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Namun, Kapolsek juga mengingatkan agar warga tidak menggunakan cara-cara berbahaya dalam membasmi tikus, seperti jebakan listrik.
“Sudah banyak korban jiwa akibat jebakan tikus beraliran listrik. Kami imbau masyarakat untuk menghindari cara itu. Lebih baik gunakan metode tradisional yang aman dan ramah lingkungan,” tegasnya.
Gropyokan tikus hari itu memang tidak menyelesaikan semua masalah, tapi langkah kecil ini menunjukkan bahwa kepolisian bisa hadir dengan wajah yang lebih dekat, lebih membumi. Tidak hanya menjaga hukum tetap tegak, tapi juga membantu sawah tetap subur. (JP)