Bogor, Demokratis
Rumpin, sebuah wilayah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan. Nama Rumpin kini identik dengan aktivitas ilegal penyuntikan gas subsidi yang semakin merajalela.
Ironisnya, praktik yang merugikan negara dan masyarakat ini diduga kuat dibekingi oknum TNI, yang membuat pihak kepolisian seakan tak berdaya memberantasnya.
Setiap malam, puluhan mobil pickup lalu-lalang di kawasan tersebut. Ratusan tabung gas bersubsidi ditutup rapat dengan terpal, berpindah tangan secara ilegal tanpa pengawasan yang memadai.
Saat tim media mencoba mengonfirmasi aktivitas mencurigakan tersebut kepada salah satu sopir mobil dengan nomor polisi B 9826 SA, sang sopir justru langsung menghubungi seseorang yang diduga bagian dari jaringan pengurus penyuntikan.
Tak berselang lama, beberapa orang datang dan mencoba membungkam awak media dengan tawaran uang.
“Kirim aja foto KTA-nya, bang. Nanti kita kondisikan untuk bulanannya,” ujar salah satu pria kepada wartawan, terang-terangan menyebut adanya sistem ‘pengkondisian’, Rabu (6/8/2025).
Modus operandi para mafia gas ini terbilang rapi dan terang-terangan. Gas elpiji bersubsidi 3 kilogram disuntikkan ke dalam tabung non-subsidi, kemudian dijual kembali dengan harga pasar tabung non subsidi.
Dengan memanfaatkan celah ini, mereka meraup keuntungan besar dari manipulasi terhadap bantuan negara yang sejatinya diperuntukkan bagi masyarakat kecil.
Aktivis Jawa Barat, Rohendi, dengan tegas meminta Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudi Setiawan untuk tidak tinggal diam.
“Negara dirugikan, rakyat kecil jadi korban. Mafia ini harus diberantas. Tidak boleh ada toleransi untuk para pelaku, apalagi jika benar ada oknum aparat yang terlibat. Harus disikat sampai ke akarnya,” tegas Rohendi.
Praktik ilegal di Rumpin ini menjadi potret buram lemahnya pengawasan dan keberanian penegakan hukum. Jika dibiarkan, bukan hanya uang negara yang terus menguap, tapi juga kepercayaan publik terhadap institusi negara akan terus terkikis.
Sudah saatnya Rumpin tidak lagi jadi surga bagi mafia gas bersubsidi. (Riyandi Hartono)