Washington, DC, Demokratis
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap proposal perdamaian yang disponsori Presiden Amerika Serikat Donald Trump guna mengakhiri perang perang dan bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina.
Berbicara dalam konferensi pers bersama di Gedung Putih, Presiden Trump mengatakan mereka “sangat dekat” dengan kesepakatan damai yang sulit dicapai untuk wilayah Palestina tersebut.
Namun, ia memperingatkan kelompok militan Palestina Hamas, Israel akan mendapatkan dukungan penuh AS untuk mengambil tindakan apa pun yang dianggap perlu jika para militan menolak tawarannya.
Gedung Putih merilis dokumen berisi 20 poin yang menyerukan gencatan senjata segera, pertukaran sandera yang ditahan Hamas dengan tahanan Palestina yang ditahan Israel, penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, pelucutan senjata Hamas, dan pemerintahan transisi yang dipimpin oleh badan internasional.
Presiden Trump berterima kasih kepada PM Netanyahu “atas persetujuannya terhadap rencana tersebut dan atas kepercayaannya bahwa jika kita bekerja sama, kita dapat mengakhiri kematian dan kehancuran yang telah kita saksikan selama bertahun-tahun, puluhan tahun, bahkan berabad-abad,” dikutip dari Reuters, Selasa, 30 September.
Berdiri di samping Presiden Trump, PM Netanyahu menjawab: “Saya mendukung rencana Anda untuk mengakhiri perang di Gaza, yang mencapai tujuan perang kami.”
“Rencana ini akan membawa kembali semua sandera kami ke Israel, membongkar kemampuan militer Hamas, mengakhiri kekuasaan politiknya, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel,” ujarnya.
Proposal AS, yang disusun oleh utusan khusus Steve Witkoff dan penasihat Timur Tengah periode pertama Presiden Trump, Jared Kushner, membayangkan gencatan senjata yang diikuti dengan pembebasan semua sandera yang tersisa dalam waktu 72 jam dengan imbalan ratusan tahanan Palestina, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap.
Rencana tersebut menguraikan jalur samar menuju negara Palestina setelah pembangunan kembali Gaza berjalan lancar dan Otoritas Palestina melakukan reformasi, tetapi tidak memberikan detailnya.
Pertanyaan tentang negara Palestina pada akhirnya, yang telah PM Netanyahu janjikan tidak pernah terjadi, merupakan salah satu poin utama yang menghambat penerimaan PM Netanyahu atas inisiatif Presiden Trump, menurut seorang sumber yang dekat dengan perundingan tersebut.
Berdasarkan rencana tersebut, AS akan bekerja sama dengan mitra-mitra Arab dan pihak-pihak internasional lainnya untuk mengembangkan pasukan stabilisasi sementara guna mengawasi keamanan.
Gaza akan diperintah tanpa keterlibatan Hamas dan pada awalnya hanya akan ada peran terbatas bagi “perwakilan” Otoritas Palestina.
Proposal juga tersebut menyerukan pembentukan komite teknokratis Palestina yang bertanggung jawab sementara atas layanan sehari-hari di Gaza, yang diawasi oleh “dewan perdamaian” internasional yang diketuai oleh Presiden Trump dan beranggotakan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, demikian pernyataan Gedung Putih.
Kendati demikian, jelas kelompok militan Hamas tetap menjadi kunci keberhasilan proposal perdamaian Trump.
“Hamas belum menerima rencana tersebut secara resmi, tidak ada informasi lebih lanjut selain publikasi media,” kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
Namun, seorang pejabat yang diberi pengarahan tentang perundingan tersebut kemudian mengatakan, Qatar dan Mesir telah membagikan dokumen tersebut kepada Hamas, yang memberi tahu para mediator, mereka akan meninjaunya “dengan itikad baik” dan kemudian menanggapi. (IB)