Tapteng, Demokratis
Pembangunan jalan rabat beton yang bersumber dari Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2025 senilai Rp213.991.200 dengan volume 152,20 meter di Desa Ujung Batu Dusun I, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara (Sumut), menuai sorotan tajam dari kalangan masyarakat maupun LSM dan para awak media.
Pasalnya, jalan yang dibangun ini terkesan mubazir pemborosan anggaran yang tidak memberikan manfaat jangka panjang kepada masyarakat dan tanpa adanya keterlibatan masyarakat dalam musyawarah.
Pembangunan infrastruktur beresiko yang tidak transpran yang dibangun di area kebun sawit ini diduga tidak tepat sasaran yang merupakan jalan buntu yang tidak ada penghuninya atau rumah masyarakat.
Salah seorang warga mengaku marga Pasaribu kepada awak media, Rabu (14/10/2025) mengatakan, bahwa jalan yang dibangun ini merupakan pemborosan anggaran terkesan mubazir yang tidak ada manfaatnya kepada masyarakat, sementara masih banyak jalan yang harus diperbaiki di desa ini.
“Saya telah melihat langsung jalan itu, harusnya pembangunan itu harus mempertimbangkan skala prioritas, kalau jalan yang dibangun itu terkesan mubazir,” ucapnya.
Pasaribu mensinyalir jalan yang dibangun itu tidak terlepas adanya kepentingan kelompok tertentu.
“Barangkali di situ adanya tanah milik oknum dan sebagainya, sementara masih ada tempat-tempat atau yang semestinya harus di bangun. Saya melihat jalan yang dibangun ini tidak tepat sasaran yang hanya menghabiskan uang negara,” tuturnya.
Pasaribu mengimbau agar ke depannya dalam setiap perencanaan pembangunan agar diutamakan studi kelayakannya.
“Layak atau tidak dibangun di tempat tersebut, sedang yang dibangun ini tidak ada rumah penduduk satupun. Untuk apa dibangun, kan mubazir, ” tandasnya.
Ia mengatakan bahwa ke depannya Pemerintah Desa Ujung Batu melalui Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) agar tidak asal membangun jalan, agar mengedepankan asas manfaat melalui kajian yang layak.
“Kita harap pemerintah desa dalam menyerap aspirasi agar mengedepankan azas manfaat dan mempertimbangkan kelayakan, jangan asal dibangun. Segala sesuatunya agar merencanakan pembangunan yang benar-benar bisa dirasakan masyarakat yang semestinya lebih selektif dalam menetapkan suatu usulan dan perencanaan agar tepat sasaran dan tepat guna,” timpal Pasaribu.
Dari pantauan di lapangan, bahwa jalan yang dibangun tersebut merupakan jalan buntu yang tidak ada penghuninya atau rumah masyarakat yang jarang dilintasi. (MH)