Kamis, November 20, 2025

Mentan Amran Tegaskan Negara Harus Hadir Lindungi Petani dari Mafia Pangan

Jakarta, Demokratis

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali menabuh genderang perang. Kali ini, musuh yang dibidik bukan sekadar hama di sawah, melainkan hama ekonomi yang ia sebut sebagai ‘serakahnomics’. Fenomena keserakahan ekonomi yang mengakar di sektor pertanian ini dituding sebagai biang kerok kesengsaraan petani dan matinya usaha penggilingan kecil di Tanah Air.

Dalam pernyataannya, Rabu (19/11/2025), Amran menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam. Ia berkomitmen membongkar praktik kotor oligarki pangan yang selama ini menguasai rantai pasok dan mempermainkan nasib rakyat kecil.

“Untuk swasembada, kita harus siap ditekan, diuji, dan berani melawan mafia pangan. Saya sekuat tenaga menjaga stabilitas harga, tapi slhamdulillah, hasilnya nyata,” tegas Amran.

Modus Operandi: Membeli Mahal untuk Mematikan Pesaing

Mentan Amran menguliti modus operandi serakahnomics yang telah berlangsung lama namun jarang tersentuh. Menurutnya, para pemain besar atau ‘predator’ pasar menggunakan strategi licik dalam pembelian Gabah Kering Panen (GKP).

Mereka sengaja membeli gabah sedikit di atas harga pasar. Sekilas, tindakan ini tampak menolong petani. Namun, Amran mengingatkan bahwa itu adalah jebakan. Tujuannya bukan kesejahteraan petani, melainkan untuk menyapu bersih pasokan gabah di lapangan.

Akibatnya, penggilingan padi kecil (UMKM) tidak kebagian bahan baku. Perlahan namun pasti, penggilingan rakyat ini akan mati suri dan gulung tikar. Ketika pesaing kecil sudah habis, para pemain besar ini akan memegang kendali penuh atas harga (monopoli), dan pada akhirnya, menekan harga beli di tingkat petani semena-mena.

“Ini sudah lama tumbuh di Indonesia. Tetapi mungkin baru saatnya hari ini kita membongkar dan berpihak pada rakyat kecil,” tutur Amran.

Skandal Beras Premium Rasa Pakan Ayam

Tak hanya soal monopoli pasokan, Amran juga mengungkap fakta mengejutkan terkait penipuan kualitas beras yang merugikan konsumen. Dalam inspeksinya, ditemukan beras bermerek yang dilabeli ‘premium’ namun isinya jauh dari standar yang ditetapkan.

Standar beras premium seharusnya hanya menoleransi maksimal 14 persen butir patah (broken). Namun, temuan di lapangan menunjukkan angka yang mencengangkan: tingkat patahan mencapai 59 persen.

“Pecahannya 59 persen. Artinya itu menir, makanan ayam, tapi dikemas dan dijual sebagai beras premium,” cetus Amran dengan geram.

Ini adalah wajah asli serakahnomics: meraup keuntungan jumbo dengan menipu konsumen dan merusak struktur pasar. Negara, menurut Amran, harus hadir sebagai pelindung. Sistem pertanian harus dirombak total agar tidak ada lagi ruang bagi mafia untuk berdansa di atas penderitaan petani dan konsumen.

“Negara hari ini perlu berpihak kepada yang selama ini dirugikan. Sistemnya harus dibenahi menyeluruh agar petani, penggilingan kecil, dan konsumen tidak lagi dikorbankan,” ucapnya.

Langkah tegas Mentan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah di bawah komandonya siap pasang badan. Penguatan peran Bulog sebagai penyangga harga dan cadangan pangan nasional menjadi salah satu strategi kunci untuk mematahkan dominasi mafia pangan tersebut. (EKB)

Related Articles

Latest Articles