Surabaya, Demokratis
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) memperketat mitigasi bencana menyusul ancaman fenomena hidrometeorologi yang diprediksi menguat pada Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta warga meningkatkan kewaspadaan seiring meningkatnya intensitas hujan secara signifikan di berbagai wilayah.
Hal tersebut ditegaskan Khofifah saat meninjau posko operasi modifikasi cuaca (OMC) di Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda, Sidoarjo, Minggu (21/12/2025).
Berdasarkan data BMKG, puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari 2026 dengan intensitas mencapai 58%. Kondisi ini berisiko tinggi memicu bencana banjir, tanah longsor, hingga angin kencang di sejumlah titik rawan.
“OMC ini merupakan salah satu ikhtiar pemerintah untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi. Namun, peran serta masyarakat tetap sangat penting,” ujar Khofifah.
Hingga kini, operasi teknis telah dilakukan secara intensif melalui penyemaian awan dari udara. Sejak dimulai pada 5 Desember 2025, tercatat 30 sortie penerbangan telah dilakukan dengan total jam terbang melampaui 62 jam.
Sebanyak 14.000 kilogram CaO dan 16.000 kilogram NaCl digunakan untuk mengatur distribusi hujan agar tidak terkonsentrasi secara ekstrem di satu wilayah yang berpotensi memicu bencana.
Selain intervensi sains, Khofifah menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran air tidak tersumbat oleh sampah. Pelaksanaan mitigasi ini melibatkan sinergi BPBD Jawa Timur, Lanudal Juanda, dan BMKG guna memantau pergerakan awan secara harian. Khofifah berharap kolaborasi lintas instansi dan kesadaran publik dapat meminimalkan dampak buruk cuaca ekstrem yang membayangi Jawa Timur. (JP)
