Banjar, Demokratis
Gerak Tanam dan Pemeliharaan Pohon (GTPP) yang dilaksanakan di Dusun Rancabulus, Desa Rejasari, mendapat respon positif dari Camat Langensari, Kepala Desa Rejasari Sobur Waluyo yang didampingi Ketua BPD Rejasari Enceng dan mengucapkan berterima kasih kepada Samsat Kota Banjar, Dinas Kehutanan Wilayah 7 Kabupaten Ciamis yang telah memberikan bantuan bibit pohon yang bisa bermanfaat untuk warga masyarakatnya, Senin (29/06/2020).
Camat Kecamatan Langen Sari Asno mengatakan, GTPP yang dilaksanakan hari ini tidak cukup sampai di sini saja, tapi harus dibarengi dengan pemeliharaannya karena pohon sangat bermanfaat bagi kehidupan alam dan manusia. Sebab, satu sama yang lain saling membutuhkan dan pohon pun bisa meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.
“GTPP jangan hanya mengandalkan pemerintah saja, tapi kita harus bisa memanfaatkan hasil hutan melaui penanaman pohon lainnya yang bisa menghasilkan fungsi hutan, dengan pohon kopi, coklat, kapol dan tanaman bunga dan yang lainya. Nanti bisa menghasilkan madu dari pakan yang tersedia di hutan. Intinya pohon yang sudah bisa mengahasilkan harus segera untuk ditanam kembali atau difungsikan kembali. Artinya hutan bisa dijadikan sebagai objek wisata edukasi dengan ditanamnya aneka ragam tanaman hayati kalau kita betul-betul bisa memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik dan benar,” terang Asno.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Cabang Dinas Kehutan Wilayah 7 Kabupaten Ciamis H Ucu Saepudin SSos. Menurutnya, makna dari GTPP tidak hanya menanam saja tapi harus ada pemeliharaannya sehingga bisa tetap lestari sampai ke masa depan.
“Program Gubernur Jawa Barat ini menargetkan 50 juta pohon se Jawa Barat yang harus ditanam. Jadi intinya kalau seandainya 1 orang warga masyarakat Jawa Barat dari jumlah 40 juta orang bisa menanam pohon 1 saja, 10 juta pohon kekuranganya bisa tertutup, target tersebut akan tercapai,” ujarnya optimis.
Oleh karena itu, katanya, hutan yang ada di Kota Banjar cukup luas untuk ditanami jenis-jenis pohon misalkan jati, pinus, sancang, albasi, durian dan lainya serta manfaatnya sangat besar untuk kehidupan di sekitarnya.
“Apalagi tanaman hayati yang bisa mengahasilkan madu tersebut, pembudidayaan madu untuk lokasi hutan alami kita menargetkan 45 ribu setup madu berbasis hutan lestari dalam 4 bulan setiap panennya. Dalam pemasarannya kami juga sudah bekerjasama dengan Asosiasi Pelebahan Madu,” jelasnya.
Selain itu, tambah Ucu, pihaknya juga punya Unit Peningkatan Pengelolaan Hutan Rakyat, Unit Peningkatan Jasa Lingkungan (Jasling), Unit Peningkatan Pengelola Desa Wisata, Unit peningkatan Pengelola Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL). “Semua ini diharapkan untuk bisa menjaga, memelihara dan melestarikan hutan sebagai fungsi hutan. Hasil hutan bukan kayu saja, ini semua tujuanya untuk meningkatkan kesejehteraan ekonomi masyarakat,” pungkasnya. (Deni)