Jika ada pertanyaan perpustakaan negara mana yang terbesar dan tertinggi di dunia? Kita patut berbangga, karena jawabnya: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).
Hal ini sebagai bukti kepedulian pemerintah untuk mendukung melek literasi di Tanah Air sehingga menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, inovatif, dan memiliki kreativitas bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan dan berkarakter.
Perpusnas RI yang awalnya hanya tiga lantai kini sudah menjulang tinggi hingga mencapai 126,3 meter. Bangunan yang tampak megah ini mencakup total 24 lantai dan tiga buah ruang bawah tanah (rubanah).
Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando melalui Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum Lufviati Makarim kepada Demokratis mengatakan, pustakawan nasional baru saja merayakan hari bahagianya pada tanggal 7 Juli 2020 lalu bersamaan dengan perayaan hari jadi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) ke-47 tahun.
“Tanggal 7 juli kemaren adalah hari bahagia untuk seluruh pustakawan di Indonesia karena itu adalah hari jadi pustakawan Indonesia dan sekaligus juga hari ulang tahun ke-47 Ikatan Pustakawan Indonesia yang merupakan asosiasi profesi bidang kepustakawanan,” katanya saat ditemui, baru-baru ini.
Menurutnya, Perpustakaan Nasional RI adalah amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007. Maka dengan adanya undang-undang ini diharapkan keberadaan perpustakaan benar-benar menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan wahana rekreasi ilmiah. Selain itu, juga menjadi pedoman bagi pertumbuhan dan perkembangan perpustakaan di Indonesia sehingga perpustakaan menjadi bagian hidup keseharian masyarakat Indonesia.
“Perpustakaan Nasional RI merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas membantu pemerintah dalam pembangunan bidang perpustakaan dan berfungsi sebagai instansi pembina, kemudian perpustakaan rujukan, perpustakaan pelestarian, pusat penelitian, pusat jejaring. Sehingga fungsi-fungsi itu menjadikan Perpusnas menjadi instansi pembina bagi profesi pustakawan dan juga pengembangan pembangunan lima jenis perpustakaan di Indonesia,” ungkapnya.
Perpusnas RI yang mempunyai fasilitas lengkap dan terbesar di dunia dianggap memiliki peran amat penting menentukan transfer pengetahuan untuk membentuk budaya literasi segala informasi maupun ilmu pengetahuan di Indonesia.
“Sejauh ini belum ada perpustakaan nasional dengan gedung setinggi 24 lantai ke atas, tiga lantai ke bawah dan segala sarana dan prasarananya. Lalu kita juga punya koleksi yang luar biasa, mulai dari e-Resources, koleksi digital, kita juga punya koleksi fisik yang bisa diakses oleh masyarakat juga layanan-layanan virtual lainnya,” katanya.
Di tengah masa pandemi saat ini, tambah Lufviati, masyarakat yang menggunakan layanan virtual di Perpusnas RI jumlahnya meningkat tajam, baik yang untuk mengerjakan tugas-tugas anak sekolah, untuk mencari referensi bahkan yang hanya untuk mengisi waktu luang untuk menghindari kejenuhan di rumah akibat diberlakukannya PSBB beberapa waktu lalu.
“Itu terbukti dengan akses masyarakat terhadap koleksi atau aplikasi iPusnas kita itu adalah platform digital membaca buku yang gratis atau free untuk masyarakat, itu naik 130 persen di bulan Maret dan April,” ungkapnya.
Sehingga inovasi dan terobosan yang dilakukan Perpusnas RI berhasil menjawab dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penguatan budaya literasi untuk mewujudkan SDM Indonesia yang unggul.
“Dan itu kalau kita analisis menunjukkan ada kebutuhan masyarakat ketika mereka harus di rumah saja untuk mendapatkan fungsi-fungsi edukasi tadi tadi agar mereka tidak merasa jenuh juga tetap bisa produktif melaksanakan tugas-tugas sekolah karena anak sekolah juga kan SFH (school from home). Lalu anak kuliah juga sedang ada yang menyelesaikan sekripsi, tugas-tugas dan seterusnya. Demikian juga dengan masyarakat umum lainnya yang membutuhkan bahan bacaan dan juga layanan-layanan inovatif dari perpustakaan dalam hal ini Perpustakaan Nasional,” pungkasnya. (Red/Dem)