Padang Lawas, Demokratis
Penyaluran bantuan bantuan langsung tunai (BLT) maupun bantuan sosial tunai (BST) yang disalurkan pemerintah sebagai bagian dari jaring pengaman sosial (JPS) untuk warga miskin yang terdampak Covid-19 banyak menimbulkan permasalahan.
Tidak sedikit kepala desa didemo oleh warganya sendiri karena penyaluran BLT dan BST tidak tepat sasaran. Padahal warga sudah didata oleh aparat desa dengan dimintai foto copy KK dan KTP, namun setelah bantuan datang banyak warga yang kecewa dan gigit jari karena tidak mendapatkannya. Sementara perangkat desa dan saudara kepala desa yang punya mobil, sepeda motor, rumah permanen dan punya kebun kelapa sawit menerima bantuan yang digelontorkan pemerintah pusat tersebut.
Akibatnya banyak warga yang mendatangi kepala desa sehingga timbul adu mulut. Bahkan ada warga yang sampai berani memukul kepala desanya. Seperti yang terjadi di Desa Kampung Lalang, Kecamatan Angkola Selatan, Tapsel. Demikian juga di Desa Mompang, Kabupaten Mandailing Natal, ratusan warga mendemo kepala desa hingga banyak yang menjadi korban.
“Saya yang sudah didata oleh Sekdes tidak mendapatkan bantuan. Saat ditanya Rajulan Harahap selaku Sekdes Huristak mengatakan warga yang didata mendapat bantuan pandemi Covid-19 sebanyak 140 KK, tiba-tiba saat pembagian menjadi 120 KK. Sementara itu saat penyaluran BLT tersebut berlangsung, Rabu, 1 Juli 2020, banyak wartawan atau LSM berdatangan, sehingga wartawan pun diberikan bantuan atau uang,” keluh Manto Hasibuan kepada Demokratis di rumahnya, Sabtu (1/7/2020) lalu.
Di Desa Huristak, Kecamatan Huristak, Kabupaten Padang Lawas, saat ini penyaluran bantuan yang terdampak Covid-19 mulai memanas. Sebab, banyak warga yang mempunyai kebun kelapa sawit dan orangtua Sekdes Huristak, bahkan pendamping desa pun mendapat bantuan BLT Covod-19 dari Dana Desa tahun anggaran 2020.
Sementara Sekdes Huristak saat dikonfirmasi Demokratis seperti paranormal karena sudah tahu duluan apa maksud dan tujuan kedatangan wartawan serta ia juga mengaku mantan wartawan harian Waspada. “Dan saya mengerti kedatangan bapak menjumpai saya. Saat ini saya tak punya uang,” katanya.
Akhirnya wartawan pun menjawab jika kedatangan wartawan hanya minta penjelasan terkait penyaluran BLT yang dinilai masyarakat kurang adil. Lantas Sekdes pun pergi dengan alasan, “Saya banyak kerjaan untuk melatih sepak bola di lapangan ini.”
Sementara itu, Raja Muda Hasibuan Kades Huristak saat hendak dikonfirmasi, tidak ada di rumahnya. Malah istri Kades yang bergaya layaknya artis keluar dari dalam rumah. “Kades Huristak sedang keluar, tidak ada di rumah,” jawabnya sambil melambai-lambaikan tangannya. (UNH)