Lebak, Demokratis
Sejumlah ustad dan pengelola Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) di Kabupaten Lebak resah. Pasalnya, bantuan operasional yang sedianya dialokasikan 10 juta rupiah jadi ajang bancakan oknum-oknum tertentu.
Anggaran BOP yang berasal dari Pemerintah Pusat diberikan senilai Rp 10 juta per MDT. Sedangkan jumlah MDT kecamatan di Kabupaten Lebak berjumlah sebanyak 35 MDT untuk mendukung kegiatan keagaan.
Ustad Suhara salah satu pengurus Madrasah Diniyah Takmiliayah di Kampung Citangkil, Desa Mekaraya, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengaku hanya menerima anggaran Rp 6.700.000 karena harus menyetor di sana-sini untuk oknum.
“Uang yang kami terima jumlahnya Rp 10.000.000 tetapi kami harus menyetor sejumlah uang kepada Rumah Aspirasi di Rangkas Bitung saat sesudah melakukan pencairan,” ungkapnya di kediamanya, Selasa (20/10/2020).
Menurutnya, waktu itu, setelah mengambil uang dari bank BNI, ia langsung berangkat ke Rumah Aspirasi guna menyetor uang. Ada pun rinciannya, Rp 300 ribu untuk pembayaran jasa admin/pembuatan LPJ kolektif dan Rp 2.300.000 untuk Rumah Aspirasi dengan alasan untuk membeli peralatan penanganan Covid-19.
“Saya juga ke Rangkas ke bank BNI menyaewa mobil dengan biaya Rp 800 ribu/hari. Sedangkan saya di Rangkas Bitung tiga hari lamanya dan jika ditotalkan makan saya menghabiskan Rp 2.400.000 dari dana bantuan yang diterima, maka sisa uang tersebut yang berjumlah kurang lebih Rp 6.700.000 dipinjamkan kepada guru pengajar di MDT,” tambah Suhara.
Sementara Ketua Forum PAC tingkat kecamatan, Jujum mengaku tak tahu menahu soal dana bantuan tersebut. Ia juga mengaku tidak pernah menerima uang atau upah/imbalan berbentuk apapun dari para pengurus MDT. “Malah saya sangat bersyukur mereka bisa mendapatkan bantuan uang untuknya,” ujar Jujum di kediamannya. (Samsudin/Marwan)