Tanjungpinang, Demokratis
Budayawan asal Provinsi Kepulauan Riau, Abdul Malik mendorong pemerintah untuk segera menetapkan pantun sebagai ikon wilayah tersebut setelah mendapat pengakuan dari organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan dunia (UNESCO).
“Kami akan terus mengingatkan dan mendorong pemerintah untuk menetapkan Kepulauan Riau Negeri Pantun Warisan Dunia setelah UNESCO menetapkan pantun asal wilayah ini dan Riau sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia,” kata Malik di Tanjungpinang, Selasa.
Menurut dia, ikon suatu wilayah memiliki dampak positif, dan keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah. Ikon dapat memotivasi masyarakat dan pemerintah, terutama para generasi muda untuk merawat dan mengembangkan pantun di tengah masyarakat.
“Juga sangat berguna untuk menjadikan pantun sebagai materi pendidikan karakter di sekolah. Intinya, menjadi pembangkit semangat kita membangun kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat kaya,” tuturnya, yang juga Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Dari segi sosial, Malik menjelaskan ikon Kepulauan Riau Negeri Pantun Warisan Dunia berpotensi meningkatkan gengsi Indonesia di mata internasional. Dunia semakin tahu bahwa Indonesia memiliki ragam budaya yang bernilai tinggi dan memberikan sumbangan bagi masyarakat dunia.
“Pantun itu merupakan warisan budaya yang boleh digunakan oleh siapa saja, tanpa mengenal perbedaan suku, agama, ras, dan bangsa,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa pantun boleh digunakan oleh anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Muatan nilai dari pantun beraneka ragam seperti pendidikan, politik, agama, adat-istiadat, dan budaya.
Dari aspek pariwisata, derajat pantun yang meningkat ke peringkat dunia, tentu berpengaruh positif terhadap daya tarik pariwisata. Wisatawan mancanegara semakin ingin mengetahui keberadaan pantun yang sesungguhnya di dalam masyarakat melayu Kepri.
“Bahkan, sangat mungkin mereka ingin mencoba berpantun di tempat tujuan wisatanya. Oleh sebab itu, pelaku pariwisata kita harus memperbanyak kegiatan pantun sebagai atraksi wisata kita ke depan ini. Masyarakat pun perlu terus mengembangkan kegiatan yang memuat pantun agar semakin menarik bangsa lain untuk berkunjung ke daerah dan negara kita,” ujarnya.
Malik mengemukakan ragam kesenian melayu yang menggunakan pantun cukup banyak seperti joget dangkong, kesenian gazal, dondang sayang, teater bangsawan, makyong, mendu, dan berbalas pantun. Kalau dikemas dengan baik, ragam kesenian melayu itu akan menjadi atraksi pariwisata yang menarik dan populis.
“Promosi kesenian tersebut melalui media virtual seyogianya lebih digencarkan lagi. Jika perlu, diberi terjemahan dalam bahasa internasional seperti bahasa Inggris,” ucapnya. (Red/Dem)