Semarang, Demokratis
Pendidikan bukan sekadar menjadi jalan untuk untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Lebih dari itu, pendidikan merupakan sebuah proses untuk membentuk pribadi menjadi insan kamil (yang sempurna).
Hal ini ditegaskan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Dr Adian Husaini, saat menjadi narasumber dalam kajian fikih kepemimpinan di kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah.
Dalam forum kajian fikih yang mengusung tema ‘Meneguhkan Kembali Kampus Perjuangan’ tersebut, Adian menegaskan pentingnya prinsip pemahaman tentang pendidikan yang dimaksud.
Ia mengapresiasi visi pendidikan di Indonesia yang telah dikonsep dengan sangat terperinci, detil berikut prediksi-prediksi mengenai tantangan pendidikan bangsa di masa yang akan datang.
Namun demikian ia juga mengingatkan pentingnya melihat esensi pendidikan yang bukan hanya sebagai cara untuk mengakses pekerjaan, tetapi juga sebagai proses untuk mendidik umat menjadi insan kamil.
Ia menyebut, tokoh pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara, telah mengingatkan jauh sebelum negara ini merdeka, dengan mengkritik sistem pendidikan Kolonial yang akan membuat anak-anak bangsa menjadi tergantung kepada Barat.
“Lebih parahnya lagi, sistem pendidikan kolonial hanya akan menjadikan generasi bangsa sebagai buruh di dalam sebuah sistem yang disebut sebagai kapitalisme,” ungkapnya.
Hingga saat ini, masih menurut Adian, banyak orang yang tak memahami sejarah, bahwasannya untuk masuk universitas di zaman dahulu tidak mengharuskan sekolah lebih dulu di tingkat dasar dan menengah.
Karena universitas sudah ada lebih dulu sebelum pendidikan dasar dan menengah ada di negeri ini. Sehingga banyak orang dulu pendidikannya rendah tapi wawasan dan inyelektualitasnya luar biasa.
Karena mereka sungguh-sungguh mau belajar kepada para guru-guru hebat di berbagai tempat. “Sehingga kialitasnya tidak kalah bahkan lebih hebat dari lulusan universitas di era sekarang,” jelasnya.
Saat ini pun banyak orang yang kualitas kecendekiawananya jauh lebih hebat dari pada mereka yang notabene telah menempuh tahapan pendidikan jauh lebih tinggi.
“Karena di luar sana, mereka benar-benar menempuh proses pendidikan tinggi yang sesungguhnya, demikian pula sebaliknya,” ujar Adian dalam penjelasannya.
Lebih lanjut ia meminta agar peran universitas atau lembaga pendidikan tinggi Islam dimaksimalkan di Indonesia guna mengembalikan tujuan pendidikan ke arah yang sebenarnya.
Adian melihat, di hampir semua universitas berbasis Islam sangat luar biasa, seperti melahirkan sarjana Muslim yang berkualitas ulama, melahirkan tokoh tokoh dakwah, dan lain sebagainya.
“Karena hal itulah yang seharusnya menjadi panduan untuk bisa direalisasikan, meskipun tantangan pendidikan di masa mendatang juga semakin besar,” tegasnya. (Red/Dem)