Ratusan mahasiswa dari berbagai organisasi dan kampus berhasil menerobos masuk dan menduduki Gedung DPR/MPR RI. Peristiwa itu menjadi momentum dan untuk pertama kali pendudukan gedung DPR/MPR.
Proses pendudukan gedung DPR/MPR RI dimulai dengan komitmen dari kontingen para ketua lembaga formal kemahasiswaan Jakarta yang tergabung di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) untuk bermalam di gedung DPR/MPR RI sampai pimpinan dewan memastikan pengunduran diri Soeharto dari kursi kepresidenan RI.
Terdiri dari lebih kurang 50 orang ketua lembaga kemahasiswaan, kontingen ini menunjuk Henri Basel (Ketua Senat Mahasiswa IKIP Jakarta) sebagai koordinator aksi dan Heru Cokro (Ketua Badan Perwakilan Mahasiwa UI) sebagai koordinator lapangan.
Pada sore hari tanggal 18 Mei 1998, kontingen berhasil menemui pimpinan dewan bersama komponen-komponen aksi lain, dan mendapatkan pernyataan dari ketua DPR/MPR RI saat itu, Harmoko, yang menyerukan pengunduran diri Soeharto.
Pernyataan ini pun disambut positif oleh para anggota kontingen, namun ketika komponen-komponen aksi lain memutuskan untuk sementara pulang, kontigen mahasiwa tersebut justru memutuskan untuk bermalam sampai Soeharto benar-benar mundur dari kepresidenan sekaligus mempersiapkan kedatangan massa mahasiswa dari kampus masing-masing keesokan harinya.
Menduga proses aksi dan tuntutan akan berjalan lancar setelah seruan dari Harmoko, malah terjadi sedikit kepanikan pada para anggota kontingen ketika pada malam harinya. Saat itu, Jenderal Wiranto (Menhankam dan Pangab) menyatakan bahwa seruan Harmoko tidak konstitusional.
Kepanikan ini makin menjadi-jadi ketika di saat-saat berikutnya kontingen terus menerus mendapat informasi bahwa Gedung DPR/MPR RI akan diserbu dan dikosongkan tentara. Sempat terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kontingen, antara memutuskan pulang atau tetap bermalam. Pada akhirnya kemudian komitmen akhir seluruh kontingen adalah tetap bermalam, apapun yang terjadi. ***