Jakarta, Demokratis
TKA China yang masuk sekarang ini yang terbesar setelah era reformasi yang
menuntut pengurangan TKA asing dari Amerika seperti di Caltex.
Kini malah TKA China yang masuk jumlahnya terlalu berlebi-lebihan.
Pembayaran gajinya pun dibedakan standarĀ yuan dan rupiah untuk pekerja lokal.
Resikonya terlalu mahal buat kita dengan membuka investasi pada China.
Sementara produk smelternya hanya menghasilkan bahan baku bukan produk akhir sehingga nilai tambahnya dinikmati China lebih besar sedang kita sebagai bangsa hanya menjadi kuli.
Pendapat ini diutarakan politisi senior dan mantan angota DPR RI periode 1998-2004 MS Kaban di Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Dikatakan, semangat ketenaga kerjaan mulai sejak reformasi bahwa apapun investasi asing tetap menomorsatukan tenaga kerja nasional, apalagi asing sudah mendapat Tax Holiday.
“Menaker mestinya memikirkan nasib pekerja lokal kita itu,” tegasnya.
“Kehadiran investasi asing dimaksudkan dan ditujukan untuk memakmurkan warga kita sendiri, bukan dengan memasukkan Tenaga Kerja Asing China besar-besaran,” tambahnya.
“Bahwa alasan China telah berinvestasi dengan nilai proyek besar. Aspek itu tidak bisa menjadi alasan sebab masih banyak pengangguran di negara kita. Kalaupun berkerja cuma bergaji untuk kebutuhan minimum saja,” tegas Kaban mantan Menteri Kehutanan.
Secara nominal gaji tenaga kerja China jika dikonversi dibayar Rp 30 juta per bulan, sementara warga kita sendiri cuma digaji rata-rata Rp 3 sampai Rp 4 juta per bulan yang paling tinggi. “Ini harus dievaluasi DPR RI,” ungkapnya.
Banyaknya TKA China masuk kerja di Indonesia dengan alasan utama investasi cari bahan baku atau energi dan bergaji tinggi di sini.
Dari sisi faktor pertahanan TKA China tersebar di enclave daerah strategis yang kebanyakan kader partai berkuasa di negaranya, yang terlatih secara militer, yangĀ akan menjadi ancaman baru dari sisi pertahanan.
“O, iya jelas jadi ancaman dengan masuknya TKA China ke Indonesia,” kata MS Kaban mantan mahasiswa semi militer atau Menwa di Jakarta. (Erwin Kurai Bogori)