Tak ada yang menyangka pertunjukan di The Stanley Theatre, Pittsburgh pada September 1980 jadi konser publik terakhir Bob Marley. Sang ikon reggae sudah dalam kondisi kesehatan yang kepayahan saat itu.
Konser di The Stanley Theatre itu adalah bagian dari Uprising Tour untuk mempromosikan album berjudul sama. Di tempat yang saat ini berganti nama jadi The Benedum Center for Performing Arts, Marley tampil bersama bandnya, The Wailers.
Meski kesehatannya tampak buruk, Marley masih tampil dengan bandnya. Dua hari sebelum konser, Marley jatuh pingsan di Central Park, New York ketika sedang berjogging.
Hal itu kemungkinan terjadi karena komplikasi yang muncul dari kanker melanoma ganas yang didiagnosis terhadap Marley pada 1977. Kanker itu menyebar ke otak, hati, dan paru-paru Marley.
Kurang dari delapan bulan kemudian, pada 11 Mei 1981, Bob Marley, jiwa dan wajah internasional musik reggae, meninggal di rumah sakit Miami, Florida. Saat itu, dia baru berusia 36 tahun.
Sesaat sebelum kematian, Marley menerima Order of Merit dari pemerintah Jamaika. Dia juga telah dianugerahi Medal of Peace dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1980.
Dipuja oleh orang-orang Jamaika, Marley diberi pelepasan bak pahlawan. Pengumuman anggaran nasional negara ditunda beberapa hari untuk mengakomodasi pemakaman kenegaraan Marley.
Undangan dikirim. Monumen segera dibangun. Dan keamanan harus diatur di National Arena, Kingston, Jamaika karena tempat itu adalah area utama upacara pemakaman.
Perdana Menteri Jamaika Edward Seaga mempersiapkan pidatonya. Lebih dari 30 ribu orang memberi penghormatan kepada musisi tersebut selama upacara pemakamannya, yang diadakan di National Arena.
Para rastafara, dengan spiritualitasnya menyebut kematian Marley tidak berarti apa-apa karena ia tidak pergi ke mana-mana. Bagi para rastafara, Marley masih ada di antara mereka selamanya.
Tentang Bob Marley
Bob Marley lahir dengan nama asli Nesta Robert Marley pada 6 Februari 1945 di St Ann Parish, Jamaika. Marley adalah putra perwira Angkatan Laut Jamaika kulit putih paruh baya dan perempuan Jamaika kulit hitam.
Sang ibu melahirkan Marley di usia 18 tahun. Pada usia sembilan tahun, Marley pindah ke Trench Town, West Kingston di mana dia akan bertemu dan berteman dengan Neville “Bunny” Livingston dan Peter McIntosh –kemudian Peter Tosh.
Marley putus sekolah pada usia 14 tahun, memutuskan untuk bermusik. Jamaika pada saat itu sedang memasuki masa kreativitas musik yang luar biasa.
Ketika radio transistor tersedia di sebuah pulau yang kemudian hanya dilayani oleh stasiun radio nasional bergaya BBC, musik Amerika tiba-tiba dapat diakses melalui stasiun radio. Dari campuran ritme dan blues gaya New Orleans dan pribumi, tradisi musik yang dipengaruhi Afrika muncul pertama adalah ska, kemudian rock steady atau pendahulu reggae, yang tidak dikenali sampai akhir 1960-an.
Bob Marley, Peter Tosh dan Bunny Wailer tampil bersama sebagai The Wailers selama periode ini, menjadi grup reggae yang dominan di Jamaika. Berkat jangkauan internasional Island Records, The Wailers menjadi perhatian dunia pada awal 1970-an melalui album Catch a Fire (1972) dan Burnin’ (1973).
Eric Clapton menyebarkan nama grup lebih luas lagi dengan merekam album versi pop, I Shot The Sheriff dari album terakhir. Dengan keluarnya Tosh dan Wailer pada 1974, Marley menjadi pusat perhatian.
Pada akhir 70-an, Marley menghasilkan serangkaian album, yaitu “Exodus” (1977) yang menampilkan Jamming dan Waiting In Vain. Meski tak ada satu pun lagu yang disebut di atas mendekati hit di AS selama masa hidup Bob Marley, lagu-lagu tersebut merupakan warisan yang meningkatkan ketenarannya selama bertahun-tahun sejak kematian.
Komitmen Marley untuk memerangi penindasan juga berlanjut melalui organisasi yang didirikan keluarganya, The Bob Marley Foundation. Yayasan ini mengabdikan diri membantu orang dan organisasi di negara berkembang. ***