Pada tanggal 10 Januari 2013 lalu, Uruguay menyetujui undang-undang (UU) yang melegalkan penanaman dan penjualan ganja skala nasional. Upaya itu dilakukan Uruguay supaya pasar ilegal perdagangan ganja, beralih kepada pasar yang legal. Alhasil, pundi-pundi pendapatan dari industri ganja dapat masuk ke dalam kas negara.
Presiden Uruguay, Jose Mujica menjadi pendukung utama dari UU tersebut. Sekalipun, Mujica sendiri tak pernah mengonsumsi ganja. Mujica beranggapan bahwa legalisasi ganja akan mengurangi peredaran tanaman lima jari di pasar gelap. Baginya, perang atas obat-obatan yang terjadi selama satu abad terakhir, tak lebih dari omong besar negara-negara kaya.
“Satu tahun setelahnya, ganja benar-benar legal dan menjadi komoditas bagi Uruguay. Semua warga di atas 18 tahun boleh membelinya di berbagai apotek asal telah mendaftarkan diri ke pemerintah. Setiap bulannya seseorang hanya boleh membeli 40 gram ganja,” ungkap Aristides Julian dalam buku Alegori 420 (2018).
Di bawah undang-undang itu, disetujui pula bahwa Uruguay akan segera membentuk Institusi Peraturan dan Pengendalian Ganja. Hal itu dilakukan agar negara dapat mengawasi penanaman, pemanenan, dan penjualan ganja. Dalam menanti legalisasi ganja, apotek-apotek setempat telah menerima daftar panjang pembeli yang bersiap membeli produk dari ganja.
Pendaftaran itu memungkinkan pembeli untuk dapat membawa pulang ganja hingga 40 gram sebulan dengan harga 1 dolar per gram. Akan tetapi, bagi mereka yang tak ingin membeli ke apotek, mereka juga diperbolehkan menanam sendiri dengan syarat telah membentuk komunitas yang anggotanya tidak lebih dari 40 orang. Setiap komunitas penanam ganja juga hanya diperbolehkan memberi 480 gram ganja dalam setahun kepada anggotanya.
Sebelumnya, sebagian besar warga Uruguay sempat menentang legalisasi ganja. Namun, perlahan-lahan agenda legalisasi menjadi cukup populer sebagai bentuk kebijakan hukum yang revolusioner pernah terjadi di Uruguay. Alhasil, RUU legalisasi ganja masuk ke dalam agenda pembahasan di kongres Uruguay.
“Kami yakin bahwa kami dapat menerapkan kebijakan kami sendiri pada narkoba sesuai dengan norma internasional,” kata Roberto Conde, seorang senator dalam koalisi Broad Front Uruguay.
Legalisasi ganja di Uruguay kemudian ditentang negara-negara tetangga. Saking hebohnya legalisasi tersebut, PBB bahkan turut angkat bicara menyatakan keprihatinannya. Hal yang sama juga sempat diutarakan Senator oposisi di Uruguay, Alfredo Solari.
“Kami bisa berubah menjadi pusat regional pariwisata ganja, seperti yang dikhawatirkan wilayah itu,” kata Alfredo Solari. ***