Sabtu, November 23, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ismail Sabri Yaakob PM Baru Malaysia

Ismail Sabri Yaakob akhirnya resmi dilantik jadi Perdana Menteri (PM) baru Malaysia kesembilan oleh Yang Dipertuan Agung Sultan Abdullah Ri’ayatuddin all Mustafa Billa Sah Raja Malaysia pada 21 Agustus 2021 lalu, menyudahi sengketa politik yang menerpa. Figur yang sebelumnya menjabat Wakil Perdana Menteri berusia 61 tahun itu pribadi yang moderat dan cukup andal, nampaknya tepat untuk menangani hiruk-pikuk persaingan politik Malaysia belakangan ini. Ia akan melanjutkan tanggung jawab Muhyiddin Yassin dalam periode sisa jabatan Perdana Menteri sebelumnya yang mengundurkan diri.

Seperti dilansir harian Star Malaysia, Ismail Sabri Yaakob yang dicalonkan UMNO memperoleh dukungan 114 dari 222 suara mayoritas ahli perlemen dari semua kandidat yang ada. “Antara lain Anwar Ibrahim dari partai Keadilan,” tulis Star Malaysia edisi 21 Agustus 2021.

Sehingga Ismail Sabri Yaakob yang menjadi Wakil Presiden UMNO itu berdasar hasil undi telah mendapat dukungan mayoritas. Seterusnya sesuai kewenangan Yang Dipertuan Agung dengan pemerintah berparlemen yang mendapat suara lebih itulah yang berhak menjadi PM. Dukungan mayoritas itulah bukti legitimasi pemerintahan atau tidak legitimate-nya kerajaan. Seperti PM Muhyiddin Yassin ia kehilangan dukungan mayoritas ahli perlemen karenanya mengundurkan diri.

Tantangan yang menghadapi PM Sabri adalah masalah wabah pandemi dan kelanjutan dampak politik belakangan ini dan soal Pilihan Raya (PRU) ke-15. Dua hal utama ini yakni soal wabah pandemi dan politik menghadapi PRU tidak ringan. PM Sabri harus bekerja sungguh-sungguh termasuk soal ekonomi.

Terhadap soalan wabah pandemi dan pemulihan ekonomi mungkin tinggal meneruskan yang sebelumnya sudah direncanakan oleh PM Muhyiddin Yassin. Artinya dapat dikatakan soalan yang relatif agak ringan.

Akan tetapi soalan politik berbeda. Ada kondisi carut marut atau konflik di dalamnya. Hemat penulis setidaknya ada dua masalah yaitu politik partai UMNO, yang kedua masalah partai Keadilan. Artinya sama berbasis Melayu, namun belum dapat jalan seiring.

Sebagaimana kita tahu, UMNO yang membawa bendera partai orang Melayu sudah berkuasa lama. Hanya peiode terakhir ini UMNO di bawah pimpinan Najib Razak kalah. Ini sebuah ironi di tanah bumi Melayu. Partai Melayunya kalah. Apa yang salah.

Secara sederhana UMNO partainya Melayu tapi perjuangannya tidak lagi, sudah bergeser. Tidak salah kalau ada partai Keadilan. Partai Pribumi Bersatu menjadi wadah perjuangan politik Melayu. Bukan saja tidak sama tetapi malah bermusuhan.

Kita mencatat bagaimana pertembungan Mahathir Mohamad dan Najib Razak serta Anwar Ibrahim sehinga tokoh itu belum dapat duduk bersama. Terhadap fenomena ini bukan saja menarik tetapi amat penting dikaji karena menimbulkan akibat dilema bagi masyarakat Melayu.

Apakah harus membela partai berbasis kepentingan masyarakat Melayu atau membela kepentingan UMNO. Sebab masyarakat Melayu dan UMNO tidak identik lagi seperti awalnya. Meski kemudian dicoba membentuk Barisan Nasional (BN) yakni sebuah wadah koordinasi partai yang disponsori UMNO.

Paparan di atas menjelaskan UMNO belakangan ini. Syukurlah UMNO berkuasa lagi dengan dilantiknya PM Ismail Sabri Yaakob. Tinggal lagi bagaimana UMNO memainkan peranan yang elok. Memperbaiki kekeliruan tokoh masa lalu yaitu salah guna kuasa, rasuah atau korupsi yang fenomenal. Yang terbaik bagi Malaysia itulah yang berguna bagi masyarakat Melayu.

Dalam perspektif ini kita masyarakat Indonesia menyampaikan ucapan selama berkhidmat pada negara. Kemudian iringan doa kepada PM Ismail Sabri Yaakob. Semoga sukses.

Jakarta, 21 Agustus 2021

*) Penulis adalah Ketua Pusat Kajian Peradan Melayu (PKPM) Jakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammmadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles