Jakarta, Demokratis
DPP PDI Perjuangan akhirnya bersuara soal isu yang muncul terkait dukung mendukung bakal calon presiden (capres) dari internal partai tersebut dan memunculkan istilah banteng vs celeng. Belakangan, muncul konflik saling lempar pernyataan antara Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto dengan kader PDI Perjuangan di Yogyakarta yang merupakan pendukung Ganjar Pranowo.
Menanggapi situasi itu, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan partainya selalu berkomitmen untuk terus memerkuat tradisi demokrasi Pancasila yang mengakar pada budaya bangsa.
Bagi partainya, demokrasi di Indonesia bukan demokrasi elektoral individual. Demokrasi Indonesia mengacu pada budaya bangsa yang mengedepankan gotong rotong, musyawarah, dan kepemimpinan yang didukung oleh spirit kolektivitas gotong royong, bukan individual.
Dalam konteks itu, PDI Perjuangan sendiri telah membangun demokrasi yang semakin matang, agar lahir pemimpin bangsa yang hebat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin politik dari tingkat pusat hingga daerah yang disiapkan melalui mekanisme kaderisasi kepemimpinan partai.
Contohnya sosok seperti Presiden Jokowi, Prananda Prabowo, Puan Maharani, Olly Dondokambey, Ganjar Pranowo, Wayan Koster, Tri Rismaharini, Djarot Syaiful Hidayat, Abdullah Azwar Anas, Mardani, Sultan Riska dan lain-lain. Semua lahir dari mekanisme kaderisasi partai.
“PDI Perjuangan terus melakukan konsolidasi dan kaderisasi partai. Itu semua perlu kerja sistemik melalui bangunan organisasi kepartaian. Jadi terkait dengan capres dan cawapres, partai memiliki banyak kader yang mumpuni yang telah dipersiapkan partai,” kata Hasto, Jumat (15/10/2021).
Kata Hasto, keputusan terhadap siapa capres dan cawapres PDI Perjuangan, telah diatur lewat hasil kongres V PDIP. Intinya, kongres telah memberikan mandat kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Pengumuman akan dilakukan pada momentum yang tepat. Semua memerlukan pertimbangan yang matang, bukan asal deklarasi. Itulah tata cara melahirkan pemimpin, perlu pertimbangan matang dan jernih,” kata Hasto.
Diakui Hasto, saat ini PDI Perjuangan melihat ada sekelompok kepentingan yang tidak mau bekerja keras melakukan kaderisasi secara sistemik lalu mengambil jalan pintas dengan mencalonkan orang tertentu dengan berbagai subjektivitas kepentingan.
“Partai terus mencermati dinamika politik yang berkembang. Seluruh kader dan anggota partai terus memegang disiplin dan lebih memilih membantu rakyat di dalam seluruh program recovery atas dampak pandemi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengkritik keras sejumlah kader partainya yang menggelar deklarasi dukungan terhadap Ganjar Pranowo (gubernur Jawa Tengah) untuk menjadi capres 2024. Sebab, menurut Bambang, semua kader PDIP harus menaati aturan partai.
Bambang menyebut kader yang tidak ikut barisan ketua umum bukanlah banteng, melainkan celeng. “Adagium di PDIP itu yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng. Jadi apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan, ya celeng,” tegasnya di Sukoharjo, Sabtu (9/10/2021). (Kurai)