Kamis, November 14, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Letusan Gunung Semeru

Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) sekira pukul 15.30 WIB.

Dikutip dari keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), material vulkanik erupsi Gunung Semeru berupa guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Berikut sejumlah catatan sejarah erupsi Gunung Semeru, dikutip dari laman BNPB:

 

Tahun 1818

Catatan sejarah erupsi Gunung Semeru terekam pada 1818.

Akan tetapi, dari 1818 hingga 1913, tidak banyak informasi yang terdokumentasikan mengenai detil aktivitas vulkanik Semeru.

 

1941-1942

Kemudian di tahun 1941-1942, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat adanya leleran lava pada 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Periode ini merupakan aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Pada saat itu, letusan Gunung Semeru sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter.

 

Periode 1945 hingga 1960

Lebih lanjut, beberapa aktivitas vulkanik Semeru tercatat beruntun di tahun 1945.

Gunung api aktif ini menunjukkan aktivitas pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, dan 1960.

 

1977

Lalu 11 tahun kemudian, Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik.

Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Dalam kejadian yang tercatat, volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik.

Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan.

Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak.

Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978–1989.

 

2008

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008.

Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi.

Yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

Adapun teramati pada 22 Mei 2008, terjadi empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko.

Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru.

Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.

Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.

Status Gunung Semeru dan Rekomendasi

Adapun saat ini Gunung Semeru berada pada status level II atau waspada dengan rekomendasi sebagai berikut :

Pertama, masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara –  selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.

Ketiga, perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.

Keempat, mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk.

Terkait dengan perkembangan erupsi Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG. BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat erupsi.

Sementara itu Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru menginformasikan, 15 orang tercatat meninggal dunia hingga Senin (6/12/2021) pukul 11.00 WIB.

Sementara itu terdapat sebanyak 27 orang yang masih dinyatakan hilang.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan pihaknya masih akan terus mengecek dan memvalidasi data untuk memastikan status korban.

Abdul menambahkan, hingga hari ini posko akan terus melakukan pencarian dan pertolongan kepada warga yang menjadi korban erupsi.

“Pengecekan dan validasi data terus dilakukan untuk memastikan status korban tersebut. Hingga hari ketiga, posko tetap melakukan operasi pencarian dan pertolongan.”

“Terhadap kemungkinan warga yang menjadi korban awan panas guguran Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur,” kata Abdul.

Dari 15 orang korban yang meninggal dunia, 8 di antaranya telah teridentifikasi di Kecamatan Pronojiwo.

Sementara 7 korban lainnya teridentifikasi di Kecamatan Candipuro.

Selain korban meninggal dan hilang, terdapat 5.205 warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru ini.

Dari jumlah tersebut, 1.707 di antaranya telah mengungsi di 19 titik pos pengungsian.

Tak hanya menyebabkan korban jiwa, awan panas guguran juga merusak sektor pemukiman dan infrastrukur di beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang.

Data sementara menyebutkan rumah terdampak berjumlah 2.970 unit dan fasilitas pendidikan terdampak langsung ada 38 unit.

Selain itu erupsi Gunung Semeru juga menyebabkan terputusnya jembatan Gladak Perak di Desa Curah Kobokan, yang menjadi penghubung antara Lumajang dan Malang. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles