Menjelang Hari Peringatan Holocaust, TikTok menyatakan penolakan terhadap peristiwa tersebut di aplikasi video pendeknya.
Dalam hal ini, TikTok tidak sendiri, dia mengajak United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan Kongres Yahudi Dunia (WJC). Menurut UNESCO, sebanyak 17 persen konten yang terkait dengan Holocaust di aplikasi video pendek menyangkal atau mendistorsi peristiwa.
Holocoust adalah peristiwa pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi oleh rezim Nazi dan kolaboratornya. Seperti dilansir laman resmi Museum Holocaust yang ada di Amerika Serikat (AS), ushmm.org, holocaust berasal dari bahasa Yunani yang artinya pengorbanan dengan api.
Untuk mengatasi hari peringatan ini, TikTok mengatakan pihaknya telah mengerahkan kekuatan penuh untuk menghilangkan kebencian. Nantinya, jika pengguna mencari istilah yang berkaitan dengan Holocaust akan diarahkan ke informasi yang akurat.
Mereka sekarang akan melihat spanduk di bagian atas halaman hasil yang meminta mereka untuk mengunjungi situs web WJC dan UNESCO tentang Holocaust.org untuk mempelajari lebih lanjut.
Melansir BBC Internasional, pengguna juga akan diarahkan ke situs web jika mereka mencari tagar seperti #HolocaustSurvivor atau #HolocaustRemembrance. Ke depannya, TikTok juga akan menambahkan spanduk permanen di bagian bawah setiap video yang membahas Holocaust, yang akan mengarahkan pengguna ke informasi resmi.
“Kami percaya pendidikan memainkan peran penting dalam menghilangkan kebencian,” kata Direktur Hubungan Pemerintah TikTok, Elizabeth Kanter.
“Perilaku kebencian tidak sesuai dengan lingkungan inklusif TikTok, dan kami akan terus mengerahkan kekuatan penuh kami untuk menjaga platform kami menjadi tempat yang bebas dari kebencian, sambil memanfaatkan kekuatan TikTok untuk mendidik komunitas kami,” imbuhnya.
Presiden WJC Ronald Lauder menyambut baik langkah-langkah baru dan mengatakan, “TikTok dikenal karena kemampuannya untuk menjangkau audiens yang lebih muda, banyak dari mereka tidak mengetahui tentang kengerian Holocaust, dan sangat rentan terhadap informasi yang salah,” kata Lauder.
Apalagi di situasi pandemi seperti ini, maka akan memperburuk ancaman dan informasi yang salah diberbagai platform online, termasuk TikTok.
Dikatakan UNESCO, bahwa disinformasi tentang Holocaust dan teori konspirasi anti-Semit telah melonjak secara dramatis di platform media sosial sejak awal pandemi.
Pada Agustus tahun lalu, Center for Countering Digital Hatred menuduh platform media sosial utama gagal menghapus lebih dari 80 persen unggahan anti-Semitic di platform mereka. Penelitian tersebut meliputi Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube. (Rio)