Kamis, November 21, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Kue Keranjang Khas Imlek

Sejarah kue keranjang khas imlek menarik disimak karena memiliki latar belakang yang unik.

Sejarah kue keranjang bagi etnis Tionghoa sudah seperti menu makanan wajib dalam setiap merayakan Hari Raya Imlek.

Perayaan tahun baru China atau Imlek sangat lekat dengan perlengkapan dan hiasan serba merah maupun emas. Tak terkecuali dengan kue keranjang.

Sementara di budaya Tionghoa warna merah memiliki makna kebahagiaan. Sedangkan warna kuning atau emas dianggap sebagai lambang kemakmuran.

Tak hanya dihiasi dengan berbagai macam perlengkapan dan printilannya semua serba merah dan emas saja, berbagai makanan khas imlek yang lezat dan menggugah selera, juga wajib pada saat perayaan Imlek.

Salah satunya, makanan yang tidak pernah tidak ada atau wajib di dalam perayaan hari raya Imlek itu adalah kue keranjang.

Kue berbahan dasar tepung ketan dan gula ini memiliki rasa yang manis dengan tekstur yang lengket dan kenyal.

Saat menjelang imlek, masyarakat Tionghoa akan membuat kue keranjang atau membelinya sebagai hidangan untuk dinikmati bersama keluarga.

Sementara sejarah kue keranjang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, di negeri asalnya Tionghoa kue kerangjang dikenal dengan nama Nian Gao atau dalam dialek hokian disebut ti huiy.

Menurut sejarah kue keranjang atau Nian Gao sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, tepatnya pada awal dinasti Li Yaon saat itu orang-orang China memiliki kebiasaan makan kue keranjang pada hari pertama, bulan pertama, tahun imlek yang dikenal dengan tahun baru Imlek.

Sementara ada juga yang menyebutkan kue keranjang awalnya dinikmati pada hari kesembilan di bulan kesembilan, bukan saat tahun baru Cina atau Imlek.

Pada Dinasti Tang di tahun 618 sampai 907 maseni, nian gao menjadi makanan tradisional masyarakat Tionghoa yang disantap saat Festival Musim Semi.

Kemudian di masa Dinasti Qing periode 1636 sampai 1912, nian gao berkembang menjadi camilan masyarakat yang dapat dimakan kapan saja.

Meski begitu, kue beras ini tetap punya posisi penting di setiap festival. Di masa Dinasti Han pada 206 sebelum masehi sampai 220 masehi, kue keranjang memiliki makna ‘tinggi’, ‘peningkatan’, hingga menjadi simbol kesuksesan.

Sarjana Tionghoa abad ke-17 Liu Tong mencatat pada tahun baru Imlek, salah satu sajian penting yang tersaji di meja adalah sejenis kue yang menis dan lengket terbuat dari beras ketat yang dikukus. Inilah yang dia maksud dengan nianniangao alias nian gao.

Di Cina, ada berbagai jenis kue keranjang. Ada yang rasanya manis, asin, bahkan pedas. Masyarakat Cina bagian utara umumnya membuat nian gao putih, sedangkan masyarakat Cina barat laut lebih familiar dengan nian gao kuning.

Ada pula yang menambahkan warna nabati pada kue beras ini sehingga terlihat berwarna merah dan hijau.

Kue keranjang yang bercita rasa manis umumnya tersedia di wilayah Tiongkok utara dan diolah dengan cara dikukus atau digoreng.

Nian gao ini biasanya disajikan sebagai makanan penutup. Sementara di Tiongkok selatan, cita rasa nian gao lebih bervariasi.

Ada yang manis manis, asin, atau pedas. Cara memasaknya dengan dikukus, digoreng, ditumis, bahkan dimasukkan ke dalam sup. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles