Menghubungkan cinta diri sendiri dengan cinta orang lain atau saudara sendiri terdapat dalam ajaran Islam. Maksudnya saudara sendiri atau orang lain harus disayangi dan dicintai sebagaimana diri sendiri.
Seperti disampaikan oleh hadis sahih Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang popular di masyakat, mengatakan:
Layak minu ahadukum hatta illa yuhibbu ahabbu ahabba ilaihi.
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
Tidak beriman seseorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya atau orang lain seperti cinta kepada dirinya sendiri.
Tujuan hadis ini adalah seorang harus menyanyangi orang lain sebagaimana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Dilarang atau tidak dikehendaki orang kalau cinta kepada dirinya sendiri berlebihan. Mengabaikan orang lain. Tidak peduli orang lian.
Secara umum konsep mencintai orang lain seperti mencintai sendiri dinamakan “humanisme”. Kemanusiaan atau cinta sesama perlu kebersamaan menghadapinya. Apalagi datangnya musibah, tanpa mebedakan orang lain dengan dirinya sendiri.
Prof. Dr. A. Mukti Med Sekretaris Jenderal Pimpian Pusat Muhammadiyah menulis dalam surat kabar Republika edisi tanggal 21 Juli 2021 menurunkan tulisan mendukung konsep huminisme tersebut. Dalam tulisan yang berjudul Kematian Hati Nurani yang membentangkan secara luas bagaimana konsep kemanusiaan dalam Muhammadiyah.
Muhammadiyah memerlukan kebersamaan menghadapi pandemi Covid-19 yang isinya sama-sama mengahadapi musibah. Tidak dilakukan secara sendiri perorangan. Melainkan dengan semangat gotong-royong saling membantu sama lain. “Dengan bersama-sama kita akan sukses,” kata A. Mukti.
Agaknya tidak salah kalau orang tua kita selalu mengajarkan agar jangan melupakan orang lain. Andai pun kita sendiri mampu mengatur diri sendiri. Kesamaan dengan orang lain penting. Karena unsur sosiologis, karena hidup bermasyarakat.
Menarik juga kalau kita kutip syair dari Sutardji C. Bachri yang mengumandangkan dengan lirih kata: Luka kakiku luka kakimu. Maksudnya adalah engkau merasakan kakiku sakit. Atau aku merasakan kakimu sakit. Yang dilanjutkannnya: Luka kiku luka kaki kau. Kakiku kaki kaukah?
Betapa tajamnya kata dalam menyentil kita dari Sutardji C. Bachri. Bagaima kita merasakan kesakitan orang lain. Sebaliknya juga sakit diri kita dirasakaan oleh lain orang. Sakit dan senang sama-sama merasakan.
Itulah konsep humanisme universal. Yakni satu perasaan satu sepenanggungan yang menjadi tujuan dari hidup bersama.
Karena itu marilah kita penuhi anjuran Islam yang sangat baik itu.
Tidak beriman seseorang jika ia belum mencintai orang lain seperti dia mencintai dirinya sendiri.
Jakarta, 26 Februari 2022
*) Penulis adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com