Jakarta, Demokratis
Sektor pertanian merupakan sektor yang terus bertahan dan bertumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia. Salah satunya adalah sektor peternakan, yang terus bertahan dan tumbuh di tengah situasi tersebut.
Tantangannya adalah masih adanya bahan baku impor peternakan dari beberapa negara. Oleh karenanya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para peternak untuk meningkatkan produksi sapi lokal untuk menekan impor.
Saat ini adalah momentum yang tepat untuk menggerakkan seluruh potensi yang ada, untuk pembangunan peternakan nasional menjadi lebih efektif dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong produksi sapi dan kerbau dalam negeri memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga menjadi sumber penyediaan pangan hewani bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data konsumsi dan prediksi setiap tahunnya, Mentan meminta masyarakat untuk tidak khawatir akan ketersediaan sapi siap potong khususnya menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
“Ada dinamika harga ya. Memang seperti itu dalam momentum-momentum yang ada. Tapi saya berharap psikologi bahwa tidak ada ketersediaan, akan ada kekurangan jangan sampai ini berlebihan. Kita boleh khawatir, tapi tidak boleh berlebihan karena ternyata ketersediaan cukup,” tegas Mentan, sebagaimana dikutip dari keterangan pers yang diterima, Rabu (20/4/2022).
Berdasarkan update data per 2 Maret 2022, hasil pendataan dan verifikasi secara faktual data ketersediaan daging sapi/kerbau bulan Maret hingga Mei 2022 sebanyak 234.091,2 ton. Sedangkan kebutuhan sebanyak 202.937,8 ton, sehingga masih ada surplus sebanyak 31.153,4 ton.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan, pertanian tidak lagi berfokus untuk menjadi produsen pangan. Namun juga dapat menjadi sumber mata pencaharian yang menguntungkan bagi tenaga kerja sektor pertanian.
“Pertanian harus menjadi bisnis. Pertanian itu harus sustainable dan menarik. Pertanian tidak hanya memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi harus bisa menghasilkan uang,” ujar Dedi.
Hal senada disampaikan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluh) BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya pada arahannya dalam agenda kegiatan Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 18 yang bertemakan Sapiku Rejekiku, Selasa (19/4/2022) di AOR BPPSDMP, Jakarta.
Pada arahannya, Kapusluh mengatakan bahwa dalam kondisi pandemi Covid-19, hanya sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang positif.
“Diharapkan sektor peternakan dapat terus meningkatkan produksinya, sehingga mengurangi ketergantungan impor,” ujar Bustanul.
Narasumber Ngobras, Muhammad Husni Thamrin yang merupakan Duta Petani Milenial Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan memaparkan bagaimana ia memulai usaha di bidang peternakan.
“Diperlukan tahapan-tahapan dalam memulai usaha di bidang peternakan,” jelas Muhammad Husni.
Selanjutnya, Muhammad Husni menjelaskan tahapan-tahapan memulai usaha, di antaranya pertama tahap persiapan, yaitu analisis kelayakan usaha, persiapan lahan dan infrastruktur.
Kedua tahap operasional, yaitu pemeliharaan sapi, pengembangan SDM dan penguatan kelembagaan. Ketiga tahap monitoring, yaitu monitoring dan evaluasi dan terakhir pengembangan usaha, yaitu skala ekonomi, ekspansi pasar dan diversifikasi.
Sedangkan biaya produksi yang harus dikeluarkan di antaranya biaya pakan, kesehatan, operasional dan biaya pastura yaitu semua biaya pemeliharaan.
“Tantangan selalu ada di setiap usaha bisnis. Mulai saja dulu,” tutup Muhammad Husni Thamrin. (Reimon)