Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Ketupat

Hari Raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Setelah satu bulan penuh umat Islam menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, saatnya bersuka cita di hari kemenangan.

Banyak hal yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia saat lebaran, mulai dari sholat Id, bersilaturahmi dengan para tetangga dan saudara, hingga mudik ke kampung halaman.

Yang tak kalah serunya, lebaran di Indonesia juga identik dengan sajian kue kering dan ketupat. Sepiring ketupat yang disantap bersama opor atau lauk lainnya menjadi hidangan “wajib” saat hari raya lebaran tiba. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa lebaran belum lengkap tanpa makan ketupat.

Ketupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa (janur). Ada dua bentuk ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang.

Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan Brunei.

Biasanya ketupat disuguhkan dengan opor ayam, rendang dan masakan-masakan khas masing-masing daerah yang mengandung santan. Ketupat sendiri telah berkembang akibat kreativitas kuliner di beberapa daerah.

Lantas, seperti apa sejarah dan asal-usul ketupat sehingga menjadi tradisi menu Idul Fitri masyarakat Indonesia yang sangat digemari?

Ternyata ketupat sudah ada pertama kali sejak zaman Wali Songo. Makanan ini diperkenalkan oleh salah satu wali, yakni Sunan Kalijaga, yang pada waktu itu berdakwah menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Tapi, di zaman Sunan Kalijaga makanan itu tidak dinamai dengan ketupat seperti yang kita ketahui sekarang. Istilah yang dikenal saat itu adalah Bakda yang artinya setelah. Pada masa itu, ada dua Bakda yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran adalah saat Hari Raya Idul Fitri. Seluruh umat Islam diharamkan berpuasa pada hari itu.

Sementara, Bakda Kupat dilaksanakan satu minggu setelah lebaran dan ini merupakan hari raya bagi yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari.

Dalam bahasa Jawa, Kupat singkatan dari “ngaku lepat”. Artinya, mengakui kesalahan. Maka dari itu, selalu ada prosesi sungkeman sebagai salah satu tradisi lebaran masyarakat Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri. Orang yang lebih muda bersimpuh di hadapan orang tua sambil meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat.

Di samping itu, ada juga yang ternyata menyebut kepanjangan dari kupat adalah “laku papat” atau empat tindakan. Empat tindakan ini kita lakukan saat hari raya tiba yaitu lebaran, luberan, leburan, laburan.

Kata lebaran sendiri artinya usai. Itu menandakan bahwa waktu berpuasa di bulan Ramadhan sudah selesai. Lalu, kata luberan berasal dari kata meluber atau melimpah. Jadi, kita diharapkan berbagai rezeki kepada yang membutuhkan melalui zakat dan sedekah.

Kemudian, kata leburan artinya habis melebur. Maka dari itu, saat lebaran tiba semua dosa dan kesalahan akan melebur karena semua umat muslim saling bermaaf-maafan.

Terakhir, kata laburan berasal dari kata labur atau kapur. Zat kapur dikenal sebagai penjernih air atau pemutih dinding. Harapannya, saat Hari Raya Idul Fitri, setiap insan kembali suci baik lahir maupun batin, merayakan kemenangan. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles