Tidak dapat dipungkiri, akibat kemajuan teknologi komunikasi dalam proses kehidupan sehari-hari telepon genggam selalu berada dekat kita. Perpustakaan sebagai tempat aktivitas pemustaka untuk berburu referensi yaitu ke perpustakaan yang harus dibaca, kendalanya yang didapai saat ini memang bagaimana perpustakaan yang tidak memiliki sarana teknologi digitalnya untuk bertransfomasi mencari informasi percepatan akankah ditinggalkan? Hasil survei melihat di sebagian perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi, dari data hasil pengunjung, penulis menyatakan memprihatikan karena berbagai problem yang dihadapi kata kuncinya kepedulian untuk membangun perpustakaan sebagai tempat untuk menelusuri mencari ilmu pengetahuan untuk mengais solusi pemecahan masalah tempatnya ada di perpustakaan.
Dari waktu ke waktu, perpustakaan selalu mengalami pergeseran dengan menyesuaikan tren perkembangan global, tuntutan teknologi, dan kebutuhan pemustaka yang dilayaninya. Perkembangan perpustakaan ke depan dengan berbasis digital adalah suatu keniscayaan. Senada dengan Noh (2015) yang menyinggung bahwa perpustakaan yang semula berfokus pada koleksi pustaka dan layanan, tetapi saat ini telah bergeser pada nilai tambah. Teknologi dan digital dapat dikombinasikan dalam upaya menciptakan dunia digital yang saling berhubungan. Inovasi menjadi sesuatu yang berbeda dari yang telah ada, sehingga memerlukan tindakan dan terobosan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Pada era revolusi industri 4.0, perpustakaan harus mengikuti perkembngan teknologi. Perpustakaan seharusnya sudah bergeser menjadi discussion. Sudah saatnya perpustakaan menyediakan ruang diskusi, menggunakan sistem informasi yang canggih sehingga memiliki nilai tambah maupun sebagai tempat untuk memunculkan inovasi baru sesuai pemustaka saat ini.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini, maka perpustakaan dituntut mampu bertransformasi supaya tidak terlindas perubahan zaman.
- Perpustakaan harus menjadi tempat yang nyaman untuk bertukar ilmu pengetahuan.
- Perpustakaan juga harus bisa menjadi menara ilmu pengetahuan yaitu mengupayakan supaya sumber informasi yang ada di perpustakaan dapat dipancarkan seluas-luasnya kepada pemustaka di lingkungan sekolah menjadi salah satu bentuk aktivitas yang berguna, sarana dan prasarana yang berbasis teknologi digital menjadi tonggak keberhasilan untuk dan menempati budaya minat baca menjadi aktivitas rutin di lingkungan sekolah, niscaya siswa akan semakin terpelajar menjadi percontohan di lingkungannya.
Penggeseran Perpustakaan
Minat baca siswa ke perpustakaan, sudah mulai dirasakan sepi, sejumlah alasan guru menyatakan kalau siswa disuruh keperpustakaan sekolah untuk meng-update informasi, di ntaranya buku yang disajikan di perpustakaan berupa buku-buku paket, koleksi buku-buku lama dan tidak up date serta desain perpustakaan juga yang kurang menarik, yang sangat menariknya atas keluhan guru dari beberapa diwawancara, jika siswa disuruh di perpustakaan, siswa menjawab semuanya ada di, Google. Untuk menyikapi hal tersebut apa langkah untuk mengatasinya?
Tantangan Pustakawan
Pustakawan dalam era digital sumber daya manusia (pustakawan) sebagai pengelola perpustakaan tugas dan keberadaannya lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya sehingga keberadaanya tidak digantikan oleh perkembangan teknologi informasi, Pemerintah Pusat maupun Daerah juga diharapkan memberikan bimbingan dan fasilitas.
Tentang kehadiran era revolusi industri 4.0. Sumber manusia (pengelola perpustakan) menjadi tiang keberhasilan, mau tidak mau rekruitmen tenaga pengelola yang berlatar pendidikan perpustakaan harus dijadikan motor penggerak untuk memanjakan pemustaka. Maka kehadiran pustakawan sebagai pengelola perpustakaan sekolah menjadi skala prioritas pemerintah, langkah itu tidak bisa abaikan dan ditunda-tunda. Proses perobahan itu akan dituntut untuk menghadapi terlebih pada era revolusi industri yang dituntut untuk menghadapi proses perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan yang kita bayangkan sebelumnya. Maka inovasi dalam perpustakaan bisa dilakukan dari sisi layanan lebih baik, lebih mudah, lebih nyaman dan lebih memiliki nilai kerja sama dan kolaborasi antar berbagai pihak perlu diperluas dan diperdalam untuk meningkatkan efisiensi pertumbuhan yang harmonis dalam menghadapi percepatan perubahan yang semakin cepat dan pustakawan sudah bangga jika hanya mampu menyampaikan informasi, namun era disrupsi ini harus menjadi pemberi informasi dan pemberi solusi juga.
Dengan demikian, dalam mengikuti tren era disrupsi ini dan agar mampu bertahan, maka harusnya tidak bekerja sendiri-sendiri namun berkolaborasi (collaboration) melaui kerja sama dengan pihak lain, mampu bersikap skeptis dan kritis (critical thinking) ketika ada satu penyebab masalah kemudian mencari penyebab masalahnya itu apa.
Selain itu, juga dipikirkan dengan melalui desain thinking agar yang dipermasalahkan bukan hanya menemukan akar permasalahannya saja tetapi juga yang terpenting adalah mampu memberikan solusinya. Dalam hal ini ada hal sederhana yang bisa dilakukan oleh pustakawan yaitu membutuhkan “empati”, untuk bisa merasakan apa yang menjadi kebutuhan pemustaka, dan pustakawan dapat hadir dengan memberikan solusi. Langkah selanjutnya adalah mampu melahirkan perpustakaan melalui pustakawannya harus menciptakan cara dan terobosan yang inovatif, sehingga mampu menjadi tujuan utama bagi pemustakanya dalam mencari rujukan ilmu pengetahuan. Inovasi harus selalu dilakukan agar perpustakaan tidak ditinggal lari oleh pemustakanya. Persoalannya inovasi yang seperti apa yang dilakukan? Inovasi menjadi peluang untuk berbenah dalam meningkatkan kualitas layanan dan kinerja perpustakaan inovasi baru (creativity) untuk mengendalikan dampak disrupsi, demikian perpustakaan melalui pustakawannya harus menciptakan cara dan terobosan yang inovatif, sehingga mampu menjadi tujuan utama bagi pemustakanya dalam mencari rujukan ilmu pengetahuan. Inovasi harus selalu dilakukan agar perpustakaan tidak ditinggal lari oleh pemustakanya. Persoalannya inovasi yang seperti apa yang dilakukan? Inovasi menjadi peluang untuk berbenah dalam meningkatkan kualitas layanan dan kinerja perpustakaan.
Jakarta, 13 Juni 2020
Penulis Pustakawan Ahli Muda Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional