Fenomena peranan umat Islam Indonesia ada urgennya. Khususnya hubungan dengan pemerintah Indonesia di banyak bidang. Baik politik, ekonomi dan lain-lain.
Seperti sikap politik pemerintah dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Terutama fenomena dalam intolensi dan terorisme. Karena itulah muncul orientasi pemerintah terhadap umat Islam serta sebaliknya.
Ada orang yang menyamakan makna frontal dengan vokal. Apakah makna kata frontal dengan vokal identik atau sama. Jelas tidak sama. Yang jelas kata frontal sama dengan bermakna berhadapan langsung. Ibarat orang berbicara tidak ada antara. Terbuka dan atau nyata adanya.
Sementara makna vokal adalah bicara dengam suara. Vokalnya jelas atau suaranya jelas. Dalam konteks defenisi politik arti frontal dan vokal mirip. Yakni sama berhadapan dalam lawan.
Seperti itulah dalam silaturahmi MUI di aula Fakultas Pendidikan (FIP) Universitas Muhammadiyah Cirendeu Jakarta, frontal dan vokal itu banyak diungkapkan. Sebenarnya bisa dimengerti. Ini diperbincangkan dalam silaturahmi MUI dengan Muhammadiyah tanggal 22/4/2022. Kata atau maknanya dihubungkan dengan konteks relasi MUI dan pemerintah.
Persoalannya apa itu adalah MUI yang frontal dan MUI yang vokal tehadap pemerintah. Sama tujuannya baik yang ingin berbuat terbaik untuk bangsa. Hal ini terkesan dari personal Muhammadiyah berposisi Wakil Ketua Umum MUI yang menjabat Ketua PP Muhammadiyah. Ia bernama Dr Buya Anwar Abbas.
Yang sering blak-blakan terhadap pemerintah. Anwar Abbas setuju kalau dikategori mubalig Indonesia yang anti Pancasila sebagai teroris. Namun ia menolak hal itu ditujukan pada umat Islam saja. Melainkan seluruh yang anti Pancasila berkategori teroris.
Baru adil dan benar adanya Pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT). Intinya semua sama adil terhadap siapa saja tanpa terkecuali.
Menarik yang dikatakan oleh Amirsyah Tambunan yang menentang Pancasila. Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI yaitu MUI dan pemerintah menjaga agar persatuan itu terjaga dengan baik. Jangan sampai rusak.
Dalam pikiran Amirsyah, Indonesia adalah yang terbaik hubungan dengan masyarakat Islamnya. Ada organisasi besar yakni NU dan Muhammadiyah berada dalam satu organisasi ditambah oleh organisasi PUI dan Al Washliyah beserta Ittihadiah.
Ini sejalan dengan opini Makmun Murod Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta bahwa yang mengatakan keberadaan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam MUI amat penting. Selain organisasi yang lain.
Apa pula MUI kini adalah menjadi dinamisator umat Islam. “Kita menjaga MUI menjadi tetap membantu pemerintah,” demikian Makmun Murod.
Mungkin pendapat Makmun Murod benar yakni upaya menjaga urgen terutama dengan Muhammadiyah dan NU. Ini simbol, bila kalau rusak apa yang akan terjadi. Singkatnya besar risikonya.
Kesimpulannya adalah MUI dan pemerintah perlu komunikasi dengan baik. Hilangkan salah pengertian yang tidak perlu. Sehinggga hubungan harmonis. Saling pengertian. Semoga!
Jakarta, 1 Mei 2022
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com