Jakarta, Demokratis
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menanggapi penilaian biaya pendidikan kedokteran di Indonesia terlalu mahal. Menurutnya, penilaian mahal atau murah bersifat relatif.
“Mahal atau murah itu relatif,” katanya, Selasa (17/5/2022).
Bekas Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengakui biaya operasional penyelenggaraan kuliah program studi kedokteran memang jauh lebih tinggi dibandingkan program studi pada umumnya.
“Tetapi tingginya biaya kuliah kedokteran juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar pendidikan,” imbuhnya.
Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) mendorong revisi Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Tujuan revisi ini untuk menekan biaya sekolah kedokteran.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih turut menanggapi hal tersebut. Menurutnya, sangat memungkinkan biaya sekolah kedokteran menjadi murah melalui revisi UU Pendidikan Kedokteran.
“Tergantung komitmen kita, sangat memungkinkan (biaya sekolah kedokteran menjadi murah),” kata Daeng, Selasa (17/5/2022).
Komitmen yang dimaksud ialah mencari skema pembiayaan pendidikan dokter agar tidak ditanggung mayoritas atau seluruhnya oleh masyarakat, baik orang tua maupun peserta didik. Menurut Daeng, biaya pendidikan dokter menjadi mahal bila hanya ditanggung mayoritas atau seluruhnya oleh masyarakat.
“Ini menyebabkan saudara-saudara kita yang pintar-pintar dan cerdas tapi tak punya uang akan hilang kesempatan masuk fakultas kedokteran,” imbuhnya.
Daeng mengatakan, biaya pendidikan kedokteran saat ini bervariatif. Berdasarkan informasi dari orang tua mahasiswa, biaya sekolah kedokteran per semester berkisar mulai Rp15 juta sampai Rp40 juta, khusus untuk Uang Kuliah Tunggal (UKT).
“Ini saya dengar dari orang tua mahasiswa, perlu dikonfirmasi ke fakultas kedokteran masing-masing,” ujarnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, ini mengaku belum mengetahui detail penyebab biaya sekolah kedokteran mahal. Bila dilihat dari kondisi selama ini, pendidikan kedokteran memang membutuhkan banyak praktik dan alat-alat khusus.
“Pendidikan dokter banyak praktiknya dan banyak menggunakan bahan-bahan dan alat-alat praktik, laboratorium, kerja magang di pelayanan, dan lain-lain,” tandasnya. (Albert S)