Surabaya, Demokratis
Sebanyak 13 lembaga dari unsur pemerintah, swasta atau pengusaha, perbankan dan akademisi menandatangani komitmen bersama untuk mendukung revitalisasi program pendidikan vokasi.
Penandatanganan dilakukan saat perayaan Hari Ulang Tahun ke-11 Kadin Institute di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Sabtu (21/5/2022). Komitmen itu untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing.
Adapun ke-13 lembaga itu adalah Dewan Perwakilan Daerah, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kadin Jatim, Apindo Jatim, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Kadin Institute Nurul, PT Maspion Group, Perguruan Tinggi dan Pemda.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengungkapkan, komitmen bersama tersebut menjadi spirit bagi Kadin Jatim bersama Kadin Instutute untuk terus berkontribusi dalam peningkatan SDM di Jatim. Sejauh ini, Kadin Jatim memiliki komitmen kuat untuk merealisasikan program pendidikan vokasi dalam rangka menciptakanSDM unggul dan berdaya saing.
“Harapan Kadin, kekompakan ini tidak hanya terbangun saat ini saja tetapi setelah ini juga harus kompak untuk bangun SDM. Bersama-sama mewujudkan SDM unggul dan berdaya saing melalui revitalisasi pendidikan vokasi,” ujar Adik.
Selama ini, lanjut Adik, Kadin Jatim memiliki komitmen kuat untuk menyukseskan program pendidikan vokasi di Jatim, salah satunya melalui pelatihan tempat kerja serta sinkronisasi kurikulum antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri.
“Kuncinya adalah pernikahan kurikulum. Di industri harus ada pelatihnya, karena tanpa ada pelatih di industri, walaupun ada link and match maka adik-adik yang magang akan liar. Sehingga kami dari Kadin, kerja sama dengan IHK Trier dan GIZ Jerman untuk melakukan pelatihan pelatih tempat kerja,” terangnya.
Sementara itu, Ketua DPD AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengungkapkan, bahwa Kadin Institute dibentuk untuk mempercepat lahirnya pengusaha baru di Indonesia, terutama di Jawa Timur. Sebab, jumlah pengusaha di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
“Saat itu, jumlah pengusaha di Indonesia masih di kisaran 3% dari total jumlah penduduk. Sementara Malaysia dan Thailand sudah di kisaran 4 persen. Sedangkan Singapura sudah mencapai angka 8 persen lebih,” papar LaNyalla.
Ia ingin melalui Kadin Institute akan lahira calon-calon pengusaha baru. Dalam perkembangannya, LaNyalla menyebut Kadin Institute menjadi salah satu pusat pengembangan dan pendidikan vokasi.
“Bahkan menjadi proxy bagi Kadin-Kadin Provinsi lainnya di Indonesia, selain Kadin kabupaten/kota di Jawa Timur,” paparnya.
LaNyalla menambahkan, kemajuan pendidikan vokasi merupakan tanggung jawab semua pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga kalangan swasta sebagai end user lulusan pendidikan vokasi.
“Mitra dunia usaha dan dunia industri memiliki posisi strategis dalam pendidikan vokasi, oleh karena itu kita semua terus berupaya mendorong keterlibatan dunia usaha dan dunia industri serta asosiasi dalam pengembangan pendidikan vokasi,” tutup LaNyalla. (Kurai)