Jakarta, Demokratis
Mengapa kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Irjen Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam Polri pada Juli 2022 lalu masih patut dikawal?
Hal ini karena ternyata Irjen .
Tak hanya Ferdy Sambo, juga dengan istri hingga pihak yang berkomplot dengannya.
Irjen Ferdy Sambo sebenarnya memang memperlihatkan kepiawaiannya dalam memimpin tim khusus.
Tetapi berkat kasusnya terhadap Brigadir Yosua, kehebatan itu luntur dalam sekejap.
Banyak orang penasaran, apa sebenarnya yang membuat Ferdy Sambo bisa begitu ditakuti bahkan oleh sesama polisi.
Anak-anak buah yang berada di sekitarnya cenderung menunjukkan reaksi tak biasa, termasuk Yosua Hutabarat.
Tak cuma karena kesadisannya dalam membunuh Brigadir J.
Ferdy Sambo juga disorot lantaran dianggap punya kekuasaan penuh di Polri.
Lantaran hal tersebut, Penasihat Ahli Kapolri bidang Keamanan dan Politik, Muradi mengurai analisa.
Muradi menyatakan mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Irjen Ferdy Sambo dianggap punya pengaruh dan kuasa yang besar di Polri karena dianggap menjadi punya akses ekonomi.
“Poin pentingnya Sambo ini kan bukan cuma kekuasaan yang dia punya, tapi juga akses ekonomi,” kata Muradi dalam program Back To BDM di Kompas.id, seperti dikutip pada Kamis (15/9/2022).
Menurut Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran itu, dengan posisinya Sambo dinilai bisa mempengaruhi banyak perwira senior Polri.
“Hanya memang dia punya akses ekonomi itu tadi, bahkan kakak asuh sekalipun itu juga bisa menjadi bagian penting dari yang bisa dia kendalikan,” ucap Muradi.
Muradi mengatakan, gelagat Sambo diistimewakan karena dianggap sebagai “bendahara” di Polri terlihat dari pergantian Kapolri, yakni dari masa Jenderal Tito Karnavian kepada Jenderal Idham Azis, lalu ke Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Apalagi misalnya pasca Kapolri Idham Azis kan, beliau kemudian sebelum pak Idham Azis selesai pensiun kan dia dijadikan Kadiv Propam. Naik bintang 2. Ini yang saya kira kode ‘nitip’nya ya. Sekarang pak IA nitip ke Pak Sigit untuk kemudian jadi Kadiv Propam,” ucap Muradi.
Menurut Muradi, jabatan Kadiv Propam yang sempat diampu Sambo mempunyai kekuasaan yang cukup besar.
Sebab Propam bertugas mengawasi sesama polisi dan menindak jika terjadi pelanggaran.
“Ini juga saya kira jadi salah satu yang serius. Kekuasaannya dia lumayan besar,” ujar Muradi.
Menurut Muradi, jabata Kadiv Propam seharusnya diisi oleh perwira senior Polri yang sudah mencicipi berbagai posisi kepala seperti Kapolda atau asisten Kapolri.
Dengan pengalaman menjabat itu, kata Muradi, diharapkan sang perwira senior yang diangkat menjadi Kadiv Propam bisa memahami kebijakan Polri serta dinamika di antara para anggota.
Sedangkan Sambo saat diangkat menjadi Kadiv Propam dan mendapat kenaikan pangkat menurut Muradi dianggap masih kurang berpengalaman dalam memegang jabatan.
“Karena dia kan Polres juga enggak lama, jadi banyak di Jakarta. Posisi jabatannya juga muter-muter di situ aja,” ucap Muradi.
Akan tetapi, kata Muradi, justru karena jabatan yang diemban Sambo selalu berada di lingkungan Mabes Polri maka dia muncul sebagai perwira tinggi yang akhirnya mempunyai pengaruh besar.
“Jadi memang pada akhirnya dia punya power yang jauh lebih besar ditambah kemudian plus akses keuangan, akses ekonomi,” ucap Muradi.
Keterlibatan Sambo dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat terungkap setelah dia sempat membantah.
Selain kekuatan yang dimaksudkan, kini Ferdy Sambo kembali disoroti karena mengajukan banding atas keputusannya dikeluarkan dari institusi Polri.
Tak terima dipecat dari Polri, Irjen Ferdy Sambo, tersangka kasus pembunugan berencana Brigadir J alias Brigadir Yosua, Ferdy Sambo ajukan banding. (Albert S)