Bekasi, Demokratis
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah, belum lama ini, membuat warga masyarakat terseok-terseok. Karena sangat dirasakan imbas kenaikan BBM itu cukup besar terhadap kenaikan harga bahan pokok juga ongkos transportasi kendaraan umum. Bahkan di berbagai daerah di Tanah Air masyarakat melakukan unjuk rasa atas kenaikan BBM tersebut. Sementara pemerintah menggelontorkan BLT kepada masyarakat yang tidak mampu.
Akibat kenaikan harga BBM ini, pedagang pengemudi angkutan umum sudah seenaknya menaikkan harga dan tarif tanpa ada aturan dari pemerintah terkait. Contoh kecilnya saja biasanya telur 1 kg paling mahal Rp24 ribu per kilogram. Namun kini naik menjadi Rp30 ribu. Sedangkan harga elpiji ukuran 3 kg kini menjadi Rp24 ribu di eceran. Belum lagi harga-harga bahan pokok lainnya.
Namun kenaikan harga BBM ini, hanya terdengar keluhan dan keluhan dari masyarakat di tingkat ekonomi menengah dan bawah. Sayangnya Menteri Perdagangan hingga kini belum bisa menstabilkan harga bahan pokok. Dan diharapkan Menperindag tersebut dapat segera turun ke lapangan untuk meninjau langsung seperti apa yang terjadi, jika ada pedagang yang menaikkan harga dengan seenaknya supaya ditindak tegas.
Kemudian pihak Pertamina pun diminta warga masyarakat agar dapat menentukan harga eceran gas elpiji ukuran 3 kg, berapa harganya. Karena harga gas elpiji di eceran bervariasi dan tidak ada yang sama harganya. Hal ini membuat masyarakat kian terjepit terutama bagi orang tidak mampu.
Kenaikan BBM ini terjadi saat perekonomian masyarakat belum stabil akibat terhempas oleh kasus Covid-19 yang terjadi dua tahun lebih. Hingga kini hantaman Covid-19 itu, kini masih dirasakan oleh berbagai masyarakat. Namun tak bisa lagi dipungkiri, bahwa harga BBM sudah naik, kata sejumlah masyarakat. (Juanda Sipahutar)