Subang, Demokratis
Camat Binong H. Hazizul Hakim, S.Sos, M.Si beserta staf belum lama ini melakukan Safari Ruatan Bumi ke desa-desa di wilayah kerjanya, di antaranya Desa Nanggerang, Mulyasari, Karangsari dan teranyar ke Desa Kediri, Selasa (22/11/2022).
Seperti galibnya para petani di wilayah Kabupaten Subang, terkhusus masyarakat pedesaan di wilayah Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, ketika hendak turun nyawah masih menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang yang telah berjalan sejak ratusan tahun silam.
Tradisi tersebut yaitu gelaran Ruwatan Bumi yang merupakan manifestasi ritual budaya ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi atau persisnya hasil tatanen (baca: hasil pertanian), khususnya tanaman padi.
Ruwatan berasal dari kata Ruwat atau ngarawat (bahasa Jawa) yang artinya memelihara atau mengumpulkan. Makna dari mengumpulkan adalah mengajak masyarakat seluruh kampung hasil buminya untuk dikumpulkan, baik yang masih mentah maupun yang sudah jadi atau dalam taraf pengolahan.
Tujuannya selain ungkapan rasa syukur tadi sekaligus sebagai upaya tindakan menolak bala dan penghormatan terhadap para leluhurnya.
Pelaksanaan ruwatan bumi biasanya berlangsung di tanah lapang. Meski dari masing-masing dusun memiliki ciri sendiri-sendiri hasil tatanennya, namun pada intinya mereka melakukan ritual keagamaan yang kental dengan peristiwa budaya.
Kepala Desa Kediri, Enah, S.Pd mengaku bersyukur atas terselenggaranya kegiatan Ruwatan Bumi ini, dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Sang Pencipta, yang telah menebarkan rizkinya dari hasil bumi dan tatanen dari segala jenis komoditi pertanian.
Tak hanya itu, kata Enah, hikmahnya antara lain untuk melestarikan budaya ruatan yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu, dan melakukan doa bersama dan mempererat silaturahmi antara pemerintahan desa dengan masyarakat, guna membangun kebersamaan.
“Tujuannya untuk mengungkapan rasa syukur terhadap Tuhan YME terhadap hasil tatanen yang cukup melimpah dan kebersamaan antara Pemdes dengan warga dan selain itu juga para petani juga memberikan sedikit hartanya ini tiada lain tujuannya untuk berbagi,” ujarnya.
Camat Binong H Hazizul Hakim, S.Sos, M.Si dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga melihat kekompakan dan keguyuban masyarakatnya, terkhusus para petani yang sedang menggelar ritual Ruatan Bumi.
Menurut Camat Binong, sedikitnya ada lima misi yang bisa disampaikan lewat momen ini di antaranya, pertama, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala kemurahan rizkinya juga sebagai wahana untuk melestarikan budaya leluhur yag setiap awal menggarap tanah diadakan upacara Ruatan Bumi, seperti pada Musim Rendeng ini (Mt. 2022/2023).
Kedua, melalui momen ini untuk mempererat tali silaturahmi, diharapkan akan terwujud kekompakan dan kebersamaan untuk membangun desanya, terkhusus di bidang pertanian.
Ketiga, kegiatan ruatan bumi harus diawali penyusunan program pertanian, diharapkan ada kesepakatan–kesepakatan sama para petani dalam menjalankan panca usaha tani, terutama membenahi sarana infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi dan gerakan pembasmian hama dan penyakit.
Keempat, untuk memotivasi para petani agar ada kesadaran, ketika ada pembangunan sarana jalan usaha tani baru yang memerlukan lahan untuk keberlangsungan pembangunan dan kelima, dalam momen itu seyogyanya bisa dimanfaatkan oleh lembaga BPD untuk membuat regulasi (Perdes/Perkades dsb) yang terkait dengan kepentingan petani bersifat urgen seperti membangun sanpras pertanian bersifat swadaya atau berkenaan penghimpunan zakat maal (infaq, sodaqoh) guna diberikan para mustahiq (fakir, miskin, kaum duafa dsb) guna menanggulangi kemiskinan.
Acara tersebut diwarnai dengan membawa hasil-hasil bumi yang disimpan di sebuah dongdang besar diarak keliling kampung dan dihadiri Camat Binong, Kepala Desa beserta perangkat desa, lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan desa, Bhabinkamtibmas dan Bhabinsa AD, unsur Karang Taruna, anggota Linmas dan masyarakat dan para sesepuh kampung. (Abh)