Sukabumi, Demokratis
Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat akan terus berupaya menekan angka kasus stunting di wilayahnya agar semakin menurun di tahun 2023 ini. Sebab, pada tahun 2022 lalu, angka kasus stunting di Kecamatan Sukalarang dapat diturunkan sebanyak 2,1 persen.
Kepala Puskesmas Sukalarang dr Eddy Ramdhan menerangkan, prevalensi stunting Puskesmas Sukalarang di tahun 2021 lalu dengan angka kasus stunting 10,2 persen. Sedangkan di tahun 2022 angka kasus stunting menurun menjadi 8,1 persen. Sehingga pihaknya berhasil menurunkan angka stunting sekitar 2,1 persen atau sekitar 300 balita/anak stunting.
“Alhamdulillah sejak 2021 hingga 2022 kasus stunting di Kecamatan Sukalarang bertahap turun berkat kerja keras bersama yang terlibat seperti pihak Kecamatan, Desa, Kader maupun lintas sektor,” katanya, Kamis (26/1/2023).
Menurut dr Eddy Ramdhan, untuk mempercepat dan pencegahan penurunan stunting, Puskesmas dan Posyandu terus mengalakan penyuluhan maupun memantau pertumbuhan balita.
“Di antaranya melalui penimbangan dan pengukuran serta pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), pemberian kapsul vitamin A, Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), pendidikan gizi ibu balita dan lainnya,” jelasnya.
Lebih jauh Eddy menjelaskan, wilayahnya masuk daerah urban area dimana tempat pemukiman manusia yang padat berkaitan dengan angka kasus stunting cukup lumayan tinggi. “Dikarenakan salah satu faktornya orang tua yang kerja di buruh pabrik,” ungkapnya.
Selain itu, Eddy juga menyebut wilayah Kecamatan Sukalarang sudah ada konsultan yang khusus untuk mengatasi stunting dan konsultan pangan di Desa Priangan Jaya.
“Sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam menurunkan dan mencegah stunting baru. Menargetkan di tahun 2023 bebas stunting (zero stunting) dan angka kasus stunting di tahun 2024 nanti harus berada di kisaran 14 persen. Selain itu, tidak ada lagi stunting baru di Kabupaten Sukabumi, dapat bisa tercapai,” tandasnya. (Iwan)