Rabu, Oktober 30, 2024

Masalah Klasik Sepakbola Indonesia Adalah Wasit: Seni Kearifan Lokal

Hampir semua klub liga 1 Indonesia pernah menjadi korban dari kinerja wasit yang tidak kompeten. Persib bukan satu-satunya klub yang menjadi korban dari buruknya kompetisi terutama “sang pengadil lapangan”. Ketidakcakapan kepemimpinan wasit menjadi masalah klasik sepakbola Indonesia. Sebelum kompetisi vakum akibat tragedi Kanjuruhan, isu yang sama juga sudah mengemuka. Bahkan PSSI sudah mencoba mengatasi keadaan ini dengan menaikkan nilai upah wasit. PSSI mengklaim, bayaran wasit di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN. Selain itu, PSSI juga menghadirkan wasit tambahan di belakang gawang. Ternyata hal tersebut belum menjadi solusi yang ampuh untuk mengatasi klasik sepakbola Indonesia.

Sebelumnya PSSI sudah pernah menghukum beberapa pengadil lapangan berupa pengistirahatan memimpin laga dengan jumlah yang beragam. Mereka yang dihukum  ini sesuai keputusan Komdis PSSI, di antaranya: Nendi Roehandi, Faulur Rosy, Dwi Susilo, David Son Sansube, Arif Nur Wahyudi, Ruslan Waly, dan Dwi Purba Adi Wicaksana.

Saya tidak punya jawaban atas pertanyaan mengapa wasit-wasit Liga 1 Indonesia sangat sering membuat kontroversi dalam menentukan offside dan onside. Namun, banyak yang berpendapat sentimen terkait wasit-wasit liga 1 yang kontroversi ini berawal dari kualitas kompetisi yang tidak begitu bagus dan tidak ada ketegasan dari federasi maupun operator liga, jadwal liga sering diundur dan selalu tidak pasti, dan beragam problem pelik yang tak kunjung diselesaikan, sehingga banyak sekali klub yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan oleh sang pengadil lapangan; yang belum benar-benar adil.

Sebagai Bobotoh, saya berhak mengkritisi kinerja wasit pada laga klasik duel papan atas antara Persib vs PSM. Wasit yang memimpin pertandingan (Dwi Purba) pernah dihukum tidak boleh memimpin pertandingan selama 8 pekan dan baru bisa kembali memimpin pertandingan pada pekan ke-13 Liga 1 Indonesia. Ketika performa apik Persib Bandung yang meraih catatan positif belum terkalahkan, dirusak keputusan kontroversial oleh kinerja wasit yang tak kompeten itu. Model wasit seperti ini tidak baik untuk dipertahankan; banyak klub yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Wasit yang tidak kompeten ini bukan hanya menjadi pengadil lapangan, tetapi bisa merusak dan memperlemah kualitas kompetisi sepakbola Indonesia.

Kenapa saya menyuarakan dengan lantang kinerja wasit liga Indonesia yang buruk tersebut? Karena realita di lapangannya seperti itu, bukan hanya Persib yang dirugikan, tetapi semua klub liga 1 Indonesia hampir pernah dirugikan. Tetapi yang lebih sering dirugikan dari ketidakmampuan menjalankan tugas dari sang pengadil lapangan adalah Persib. Ketua Umum Jak Mania Bung (Diky Soemarno) juga mengakui kalau tim kebanggaannya pernah diuntungkan dan saya yakin pernah dirugikan pula oleh sang pengadil lapangan. Artinya, dari statement Ketua Umum Jak Mania tersebut kita bisa tahu bahwa kualitas wasit Indonesia saat ini sangat buruk dan perlu dibinasakan dan bila perlu dikandangkan apabila sering melakukan keputusan kontroversi setiap kali ia pimpin.

Semuanya akan menjadi calon korban dari wasit Liga 1 Indonesia yang tidak kompeten. Dan klub, hanya tinggal menunggu giliran untuk jadi korban selanjutnya. Mereka yang teriak-teriak “kalau kalah nyalahin wasit” akan menunggu giliran juga dengan ikut marah dan menyuarakan amarah keluh kesahnya terhadap kinerja wasit setelah sebelumnya menertawakan nasib sial Persib. Ketika nasib itu menimpa klub si peneriak tersebut, saya mah cuma senyum-senyum aja sambil membisiki kuping mereka, “Ayo dong teriak yang kenceng, bro. Gimana wasit adil kah?”

Bobotoh Persib dan seorang penikmat sepakbola asal Jatibarang. Pernah mencintai Manchester United sebelum CR7 pindah ke Real Madrid.

 

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles