Indramayu, Demokratis
“Saya diminta hadir memberi solusi buntu Dewan dan OJK. Namun Bupati membangkang tidak hadir. Ketua Dewan dengan OJK lantas ke pendopo atau kantor Bupati, membawa tiga opsi yang saya berikan, namun Bupati tetap membangkang, malah dibela oleh utusan Kemendagri. Rupanya Bupati minta bantuan Mendagri,” ujar Ditektur PKSPD Indramayu Jawa Barat, Oush’j dialambaqa, kepada Demokratis, Rabu (12/4/2023).
Selanjutnya dikatakannya bahwa tiga solusi jalan buntu yang diberikan itu adalah:
- Penyertaan modal melalui mekanisme Anggaran Pendapatan Belanja Daerah-Perubahan (APBD-P) perlu waktu dan proses.
- Pinjaman atau hutang antar Badan Usaha Nilik Daerah (BUMD). Upaya ini paling aman dan cepat, hanya sehari yaitu, Bank Perkreditan Rakyat Karya Remaja (BPR KR) pinjam atau hutang ke Bumi Wiralodra Indramayu (BWI) untuk penyelesaian nasabah sebesar 30 miliar. Saya katakan di BWI ada cash in bank sebesar 37 miliar. BWI kan sudah bubaran, jadi kewenangannya. Cukup antar Dirut saja.
- Pinjaman dari Bank Kawa Barat (Bjb) konon mereka sudah ok, tapi harus persetujuan Bupati sebagai Kuasa Pemilik Modal (KPM).
Ternyata Bupati tetap membangkang. Saya berikan tindakan selanjutnya jika Bupati seperti itu, sebaiknya dimasukkan ke hak angket saja, saya akan bantu datanya. Atau Dewan segera bentuk panitia kerja khusus atau pansus dengan rekomendasi pidananya ke Aparat Penegak Hukum (APH), karena membangkang dalam penyelesaian nasabah rakyat bersama DPRD.
Semua bahan yang tersedia argumentasinya kuat secara yuridis maupun ketata negaraan. Di depan Satuan Tugas (Satgas), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), KPM atau Bupati yang diwakili Asisiten Daerah (Asda) Dua dan Dewan, saya katakan, jika Bupati mau datang, saya ingin bongkar isi kepala Bupati ada apanya.
“Saya katakan juga bahwa Satgas dan Dewan Pengawas (Dewas) BPR-KR tak ada otaknya, karena semua kata-katanya sudah tidak bisa lagi kita terima dan ungkapkan pakai akal waras. Saat para nasabah menuju ke pendopo, itu karena saya kasih saran, sebab buat apa nginap di Dewan, lebih efektif ke pendopo saja, biar sama-sama stres. Lantas saya pulang, tidak ikut ke pendopo,” aku Bung Oo.
Begitu saya berada tadi pagi (12/4) hingga sore. Otak jahatnya Makali Kumar nyekrup dengan otak jahatnya Bupati, sehingga kejahatan makin menjadi-jadi. Makali Kumar adalah tim Satgas, dan Pelaksana Tugas (Plt) Dirut BWI dan Dewas BWI. Semoga Allah SWT membukakan hatinya, tetapi jika hatinya memilih tertutup, semoga Allah SWT segera menimpakan azabnya yang setimpal. Amiin.
Terus terang sepanjang saya melakukan aksi demo, pendampingan di berbagai forum, baru kali ini dalam forum Dewan saya terisak tangis, di tengah para ibu-ibu yang menangis karena ada tabungan milik si yatim piatu, anak-anak TK, masjid, mushola, dan ibu-ibu yang hanya segitu-gitunya tabungan untuk sekolah-anaknya. Memang saya temui ada juga yang tabungannya senilai 8 miliar seperti milik anaknya Hotel Wiwi Perkasa, ada yang nilai 1 miliaran milik ibu muda dari Kecamatan Balongan dan seterusnya.
Yang saya tidak tahan menahan air mata jatuh, waktu memberi penjelasan, karena ada ibu-ibu yang mengaku bahwa yang di tabung itu uang kaum duafa, anak yatim, dan untuk sekolah-anaknya. Saya tidak tahu, kenapa saya begitu melo dan ikut nangis, sehingga saya harus jeda dulu untuk melanjutan penjelasan. Demikian uraian seorang anak manusia, yang nafas kehidupannya tetap komsisten pada lajur kesederhanaan yang akedemis, dialah Direktur PKSPD Indramayu. (S Tarigan)