Surat Ar – Rum ayat 30:
فاقم وجہك للدين حنيفا فطرہ” اللہ التي فطرالناس عليہالاتبديل لخلق اللہ ذالك الدين القيم ولكن اكثرالناس لايعلمون
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Asasriwarni: Puasa Ramadhan yang kita lakukan selama sebulan penuh mengandung tiga fitrah, pertama Fitrah Ilahiyah kedua Fitrah Thahiriyyah ketiga Fitrah Insaniyyah, Fitrah Ilahiyah semenjak imsak sampai waktu berbuka kita jaga mulut, mata, sikap dan tingkah laku dari hal-hal yang akan merusak nilai puasa, maka terasa dekat hubungan kita dengan Yang Maha Pencipta Allah SWT. Fitrah Ilahiyah inilah ketika dalam rahim ibu kita, Allah SWT mengajukan kepada kita Alastu birabbikum, kita menjawab Balaa syahidnaa yang kita ikrarkan dalam rahim ibu kita itulah yang kita pupuk selama Ramadhan, walaupun demikian masih ada orang yang Atheis tidak percaya kepada Tuhan, malah sekarang berjumlah dua juta orang yang berpusat di Negara Belanda, beberapa tahun yang lalu ada Pegawai Pemda Damasraya yang Atheis ditangkap oleh Polisi karena di Indoesia tidak boleh hidup orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada pasal 29 UUD 1945 menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebenarnya orang Atheis tersebut semenjak dahulu sudah ada, sebagai ilusrtrasi ketika seorang cendekiawan muslim pergi ke Irak padahal agama Kristen sudah duluan masuk ke sana tapi masih banyak yang Atheis.
Ketika cendekiawan muslim masuk ke sana dan berdialog dengan mereka, apa kata Atheis, mereka baru percaya kepada Tuhan ada 3 pertanyaan yang harus dijawab secara ilmiah: pertama, kalau Tuhan itu ada kenapa tidak bisa dilihat dengan mata; kedua, kalau Tuhan itu ada dimana tempatnya sekarang; ketiga, kalau Tuhan itu ada apa pekerjaannya sekarang.
Tentunya cendikiawan muslim menjawab berdasarkan ayat laa tudrikuhul Abshar wahuwa yudrikul Abshar, Allah itu tidak bisa dilihat dengan mata tetapi Allah itu mampu melihat yang tidak terlihat oleh mata,.
Kata orang Atheis itu, ayat Allah kami kan tidak percaya dengan ayat itu maka diundur pertemuan satu pekan ke depan pada pertemuan tersebut seluruh yang g diundang hadir indikatornya kursi yang disiapkan sebanyak undangan yang disebar ternyata kursi terisi semuanya.
Atheis memulai pertanyaannya seperti Minggu yang lalu kalau Tuhan itu ada, kenapa tidak bisa dilihat dengan mata, ada mahasiswa yang terlambat ingin hadir dalam pertemuan tersebut Anda boleh hadir cuma kursi sudah penuh semuanya. Kata mahasiswa asal dizinkan masuk biar kami duduk di lantai, selanjutnya Atheis melanjutkan pertanyaannya, kalau Tuhan itu ada kenapa tidak bisa dilihat dengan mata, mahasiswa mengacungkan tangannya, maukah Atheis menjawab pertanyaan kami, mudah-mudahan pertanyaan Atheis terjawab sekalian, silahkan kata Atheis maka mahasiswa mengajukan pertanyaan apakah Atheis setelah bangun pagi makan nasi roti atau minum kopi atau teh manis, Atheis menjawab minum teh manis, apa-apa unsurnya air, teh dan gula coba tunjukan bagi Atheis gulanya dimana di atas atau di bawah atau di tengah, Atheis tidak bisa menjawab coba dirasakan ini adalah teh manis bukan untuk dilihat tetapi untuk/dirasakan, begitulah dengan Tuhan bukan untuk dilihat tapi untuk dirasakan dalam hati.
Pertanyaan kedua Tuhan itu di mana tempatnya mahasiswa mengajukan pertanyaan minyak goreng itu dari mana asalnya, Atheis menjawab dari kelapa. Coba tunjukkan dimana tempatnya di tempurung di serabutnya atau di dalam kelapa, Atheis tidak menjawab. Begitulah dengan Tuhan tidak bertempat seperti makhluk tapi lebih dekat urat leher minhablil Warid.
Kata Atheis yang ketiga lagi kami mau menjawab sudah dua pertanyaan kami jawab sedang duduk dilantai yang ketiga ini kami mau menjawab di mimbar maka turun Atheis ke lantai dan naik mahasiswa ke mimbar maka mahasiswa menjawab pekerjaan Tuhan sekarang adalah menurunkan Atheis ke lantai dan menaikkan kami ke mimbar, ada yang bisa dijawab secara ilmiah ada yang tidak.
Fitrah kedua fitrah thahiriyah kesucian karena kita berpuasa siang hari dan mendirikan malam hari dosa kita diampuni dan sesama manusia saling memaafkan
Ketiga fitrah insaniyah sosial kemasyarakatan, di bulan Ramadhan ini ketika berbuka dan sahur sama-sama mengambil piring sama-sama memegang gelas sama-sama makan dan minum tidak ada ditemukan di bulan lain sama-sama ke masjid sama-sama shalat Isya tarawih witir tadarus iktikaf.
“Manusia semenjak lahir sudah ada temannya ada yang menamakan kakak-anak, uri dalam ilmu kedokteran namanya plasenta jadi manusia bermasyarakat zoom politikon,” kata Aristoteles. ***
Penulis adalah Guru Besar UIN IB/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar/Anggota Wantim MUI Pusat/A’wan PB NU