Waktu terus berjalan. Mengiringi pergantian siang dan malam di sepanjang zaman. Tak terasa usia kita pun telah menginjak angka dua, tiga atau empat puluhan. Bahkan rambut putih mulai bermunculan. Sebagai peringatan akan ajal kematian.
Waktu yang telah berlalu, tak mungkin kembali, maka hendaklah kita jadikan pelajaran.
Waktu yang akan datang, belum tentu kita temui, maka jangan panjang angan-angan.
Dan waktu yang sekarang, itulah waktu kita yang sebenarnya, maka hendaklah kita manfaatkan.
Mengisi umur kita dengan amal-amal shalih adalah suatu keharusan. Agar kita tidak menyesal saat datang ajal kematian. Karena kita akan ditanya tentang umur kita, untuk apa kita habiskan?
Nabi ﷺ bersabda,
«لا تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن عمره فيم أفناه؟»
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan?”
Pertanyaan ini adalah cambuk bagi setiap orang yang beriman untuk ia menggunakan umurnya selama hidup di dunia untuk beramal shalih.
Ia tidak menyia-nyiakannya dan tidak menghabiskannya untuk dosa dan kemaksiatan.
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata,
“الدنيا دار عمل، والآخرة دار جزاء، فمن لم يعمل هنا، ندم هناك.” [الزهد للبيهقي: ٢٨٢]
“Dunia adalah negeri untuk beramal shalih dan akhirat adalah negeri pembalasan. Maka, siapa yang tidak beramal shalih di sini, niscaya ia akan menyesal di sana.” [Az Zuhd lil Baihaqi: 282].
Ingatlah! Sesungguhnya setiap waktu yang telah berlalu dari kita dan kita tidak memanfaatkannya untuk beramal shalih (ibadah kepada Allah), maka itu adalah kerugian.
Karena waktu itu sesaat demi sesaat akan pergi menghilang dari kita… hingga umur kita habis!
Dan kita tidak menggunakannya untuk amal-amal shalih yang diridhai Ar Rahman.
{وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada di dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati di atas kebenaran dan saling menasehati di atas kesabaran.”
Selamat menjalankan ibadah sholat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita. Aamiin
Penulis dalah Guru Besar Fakultas Syari’ah UIN IB Padang, Ketua Wantim MUI Sumbar, Anggota Wantim MUI Pusat, A’wan PB NU