Jakarta, Demokratis
Hutan Kota menjadi lokasi gala dinner para kepala negara dan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 pada Rabu (6/9/2023) lalu. Hutan Kota ini berada di dalam kawasan kompleks Stadion GBK, Senayan, Jakarta Pusat dan mempunyai luas 3.2 hektar.
Hutan Kota pertama kali diperkenalkan ke masyarakat Indonesia pada Asian Games 2018. Selama Asian Games berlangsung, hutan kota tersebut banyak digunakan untuk pertemuan, acara, dan seremoni.
Plataran Group menjadi satu-satunya pengembang operasional Hutan Kota sekaligus menyulap Hutan Kota menjadi venue yang menampilkan masakan dan budaya Indonesia.
Lantas siapa pendiri Plataran Group tersebut?
Dilansir dari situs resmi Plataran, Yozua Makes dan Dewi Makes merupakan pendiri Plataran Group.
Dari latar belakangnya yang unik, Yozua Makes memulai karirnya sebagai pengacara keuangan di bidang Corporate Finance, Mergers & Acquisitions, Capital Markets, dan Investment Laws. Dia melanjutkan pendidikannya di beberapa perguruan tinggi Internasional setelah lulus dari Universitas Indonesia.
Dia juga berhasil mendirikan firma hukumnya sendiri, yakni Makes & Partner Law Firm di tahun 1993 dan mempunyai pengalaman lebih dari tiga puluh lima tahun di bidangnya.
Sebagai bentuk gairah dan kecintaannya pada budaya Indonesia, pendirian Plataran Group dimulai pada tahun 2009. Pasangan Yozua dan Makes mengubah vila pribadi milik mereka menjadi resor vila butik di Bali. Resor tersebut menawarkan konsep ciri dan budaya khas Bali yang mulai ditinggalkan serta menampilkan pemandangan taman Bali yang rimbun.
Plataran Group sendiri mempunyai sejumlah properti yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari tempat healing di hutan hingga resor mewah yang terletak di tengah sawah. Bisnis perhotelan tersebut menawarkan sejumlah pengalaman liburan tak terlupakan bagi mereka yang ingin menikmati keindahan alam.
Pada tahun 2020, Yozua ditunjuk langsung oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu dari lima anggota dewan pengawas Lembaga Pengelola Investasi Indonesia. Lembaga investasi tersebut bertugas untuk mengelola investasi Indonesia dan mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, Yozua juga menjadi anggota dewan pengawas Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) sekaligus menjadikannya anggota pertama Komite Nasional Tata Kelola Perusahaan.
Tidak hanya dalam negeri saja, sepak terjangnya di dunia bisnis dan ekonomi juga melebar ke kancah Internasional. Ia menjadi anggota dan perwakilan dari Indonesia di Southeast Asia Advisory Panel Of Temasek (TSEAP) yang baru dibentuk. TSEAP terdiri dari para pemimpin bisnis terkemuka dengan pengetahuan tentang Asia Tenggara untuk mendukung investasi dan proyek di wilayah tersebut.
Selain bidang bisnis dan ekonomi, Yozua juga merambah ke dunia pendidikan. Dia menjadi profesor di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Universitas Pelita Harapan. (Albert S)