Jumat, September 20, 2024

Hegel dan Dialektik Sejarah

Adanya pendapat bahwa defenisi teroris untuk pengkhotbah di rumah ibadah masjid disamakan dengan pengertian separatis Papua. Tidak adil. Karena tidak dapat disamakan faktanya. Yang kegiatan di tanah Papua jelas separatis, ingin memisahkan negara. Pengkhotbah di masjid adalah lain.

Meski awalnya memang demikian mengapa Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim hal itu serupa. Hingga terjadi silang pendapat. Lalu penanganan dua aspek itu, menjadi berbeda. Antara kasus separatis Papua dengan pengurus masjid.

Pada akhirnya BNPT dan MUI sependapat hal itu. Selanjutnya akan bersama-sama menjernihkan masalah itu.

Kasus itu terbuka pada Halaqah Seksi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada tanggal 15 September 2023 berjudul Rumah Ibadat Dengan Hubungan Kompanye Pemilhan Presiden Yang Akan Datang.

Tujuan halaqah yang digagas oleh Seksi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menjaga kerukunan. Kata KH Syaiful mewakili Komisi Ukhuwah agar tak ada ribut antar sesama umat, dan antar umat dan pemerintah. Yang aktual ternyata kerukunan antar umat beragama ketimbang kerukunan lainnya. Demikian KH Sayiful mengatakan dalam sambutan pengantar kegiatan tersebut.

Beda antara kasus Papua di mata kepolisian. Teroris Papua adalah kerukunan antar pihak Kristen Papua dengan pemerintah sementara. Kasus teroris kaitan rumah ibadah adalah kerukunan intern umat beragama.

Adalah GWF Hegel lahir pada tahun 1770 di Jerman menekuni dialektik sejarah, dengan karyanya yang berjudul Fenomenologi Sejarah. Hegel menulis tetang filsafat dalam kaitannya dengan logika tahun 18l8.  Ia menyebutkan filsafat sejarah, filafat alam dalam dialektika. (jurnalpost.com, 12 September 2023)

Menurut Hegel antara kasus berbeda karena mengalami dialektika. Liberalisme menjadikan teroris berkaitan dengan pemahaman agama yang dikaitkan oleh imperialis dengan penjajah. Jadi arti teroris ialah  yang  melawan. Penjajah dan arti demikian jamak ditemukan. Satu pemahaman dialektika sejarah.

Berkaitan dengan pendapat Hegel antar kasus yang dinamakan teroris dalam kaitan rumah ibadah adalah kerukunan antar intern umat beragama. Contoh kafir dan mengkafirkan. Pemerintah yang thobut harus dilawan dan sebagainya.

Maka konsep Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu sama. Penanganan kasus sama yaitu menjaga persatuan. Menjaga ukhuwah silaturahmi antar sesama umat.

Yang terjadi adalah dialektika sejarah dalam pengertian yang beragam. Pengrtian teroris dalam liberalism dan pengertian sejarah dalam kerukunan umat intern beragama.

Oleh karena antara BNPT dan MUI hanyalah masalah komunikasi saja.

Pada pendapat kita dialektika yang dilontarkan filsuf Hegel menemukan bentuknya. Yaitu sejarah dengan fenomena dialektikanya. Pengertian berkaitan dengan konsep teroris sejarah dalam berbangsa dan bernegara.

Pada ujung acara dikeluarkan pernyataan bersama. Hal itu dibacakan oleh Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengharapkan halaqah MUI ini menjadi pedoman  dari rumah ibadah agar menjauhkan kalimat yang tidak sesuai dengan fungsi rumah ibadah. Menjaga  persatuan dan ukhuwah antar sesama.

Jakarta, 15 September 2023

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles