Oleh Masud HMN *)
Bagi partai yang menjadi peserta pemilihan umum (pemilu) 2024 tentu sudah menyipkan strategi kampanyenya. Mulai dari topik, sarana dan waktu. Namun meskipun strategi sudah ada yang penting lagi bagaimana implementasinya.
Propaganda sekarang cenderung memojokkan partai lawan. Di lain pihak menggelorakan puja puji partai sendiri. Secara konvensional memang terjadi demikian.
Tidak masalah sebab kita mau memenangkan partai dukungan kita. Sementara mau mengalahkan partai lain yang menjadi lawan kita. Demikian ide dasarnya.
Sukses atau tidak menjadi pertanyaan berikutnya. Kampanye yang tidak sukses tentu sayang. Masakan tidak enak padahal minyak pemasak sudah habis kata pepatah.
Maka pertanyaannya bagaimana memilih strategi kompanye? Yang tepat mengena dalam meraih kemenangan. Mencapai suara pemilih elektoral yang banyak.
Setidak-tidaknya ada dua strategi yang bisa diajukan. Pertama, kepentingan elektoral pemilih. Kampanye yang ekonomi murah dan efisien.
Yang utama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan pemilih dengan mendengarkan kata mereka. Baru setelah itu janji bergabung secara kesatuan dengan mereka. Ini secara umum lintas partai, karena kita berharap adalah suara mereka.
Suara dan saran mereka itulah kita rumuskan yang akan kita perjuangkan. Itu kalau terpilih kelak. Sama-sama berjuang berdasar rumusan bersama itu.
Adapun strategi kedua adalah media kampanye yang murah dan efisien. Menghindari baliho atau spanduk yang mahal. Kalaulah perlu terbatas saja adanya. Murah dan meriah.
Pertimbangan kampanye seperti ini mengelakkan tindakan saling menegatifkan sama-sama partai lawan. Mengganti kampanye demikian mari kita bertumpu pada apa yang diperjuangkan bersama.
Hal ini menjadikan pemilihan umum yang tepat sasaran. Di samping ekonomis dalam biaya, dan efisien dalam bekerja. Tentulah menjadi kehendak kita bersama.
Ahkirnya kita sama meniadakan kampanye saling menegatifkan antar kita damai sesama. Mengantinya dengan suasana berlomba dalam kebaikan anjuran pepatah tercapai minyak kalau habis tapi apa yang dimasak enak dimakan kata, pepatah. Insya Allah!
Jakarta, 2 Desember 2023
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta