Jumat, September 20, 2024

Toleransi Umat Beragama

Disampaikan Dalam Acara :

Moderasi Umat Beragama PWNU Sumatera Barat, Sabtu, 30 Desember 2023.

  1. Toleransi adalah Wujud Islam Rahmaatan Lil ‘Alamin

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, tentu Islam menganjurkan agar umatnya selalu menjaga kerukunan didalam seluruh aspek kehidupan baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan beragama.

Dalam terminologi Islam, istilah yang dekat dengan kerukunan umat beragama adalah ‘Tasamuh’  yang berarti toleransi. Konsep toleransi beragama dalam Islam bukanlah membenarkan semua ajaran agama dan keyakinan yang ada, karena ini merupakan persoalan akidah dan keimanan yang harus dijaga dengan baik oleh setiap muslim.

Toleransi antar umat beragama hanya menyentuh ranah sosial yaitu mengakui keberagaman, keyakinan dan kepercayaan di masyarakat tanpa saling mencampuri urusan keimanan, kegiatan, tata cara dan ritual peribadatan agama masing-masing

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan berbeda-beda:

Perbedaan ini telah menjadi ketetapan Tuhan (Sunnatullah). Allah SWT

Artinya: Wahai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari ٌْاَاَٰيٓت ْي ُّقٓىهَاكُامْلۗنَّاِانَّسُااِّللََِّّٓنَّعَخَلِلَيْقْمٌنٓكُخَمْبِيمِِّنْذَكَرٍوَّاُن ْثٓى وَجَعَلْنٓكُمْشُعُوْاًب وَّق َبَاۤىِٕلَلِت َعَارَف ُوْاۚاِنَّاَكْرَمَكُمْعِنْدَاّللِِّٓ:berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat: 13).

Dalam Kitab Al-Mawa’izh Al-‘Usfuriyah berisi nasihat-nasihat ringan, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menukil salah satu hadis masyhur yang populer di kalangan penuntut ilmu.

عن عبد هللا بن عمر رضي هللا تعاىل عنهما قال : قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم : الرامحون

يرمحهم الرمحن، ارمحوا من يف األرض يرمحكم من يف السماء.

Artinya: Dari Abdullah bin Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Orangorang yang pengasih akan dikasihi Allah Sang Maha Pengasih. Kasihilah siapapun di bumi maka yang di langit akan mengasihimu”.

Sebagai ketetapan Tuhan, pernyataan ini tentu harus diterima. Mereka yang tidak bisa menerima adanya keragaman sama dengan mengingkari ketetapan Tuhan.

Tidak ada paksaan dalam beragama

Berdasar kebebasan nurani lahirlah kebebasan beragama, sebab sejak dini Al-Qur’an dan Sunnah menegaskan اسْتَمْسَكًَبِلْعُرْوَةِالْوُث ْقَى ال انْفِصَامََلََا وَاّللََُِِّيعٌعَلِيمٌال إِكْرَاهَيفِالدِِّينِقَدْت َبََّيََّالرُّشْدُمِنَالْغَيِِّفَمَنْيَكْفُرًْبِلطَّاغُوتِوَي ُؤْمِنًْبِّللَِّف َقَدِ:bahwa keberagaman harus didasarkan pada kepatuhan yang tulus kepada Allah. Al-Qur’an menjelaskan

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256).

Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir menyatakan: “Janganlah kalian memaksa seorangpun untuk masuk Islam. Sebab, agama ini telah jelas semua ajaran dan bukti kebenarannya.

Kesimpulannya, ajaran Islam memandang bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tercipta berbeda-beda,

mempunytai perbedaan keyakinan yang tidak bisa dihindari, sehingga tak perlu ada paksaan dalam beragama. Wallahu a’lam.

  1. Toleransi Inter Umat Beragama
  2. Membangun Sikap Toleransi dan Cara Mengatasi Intoleran

Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dijelaskan dalam Al-Quran firman Allah SWT QS.

Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi : Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”

Menurut aktivis NU sikap intoleran yan terjadi dalam masyarakat Islam sendiri disebabkan oleh kurangnya berinteraksi dengan hal yang berbeda. Seperti yang dipaparkan oleh aktivis NU, Helmi mengungkapkan, “sikap intoleran di Indonesia terjadi karena sikap berinteraksi dengan banyak hal yang berbeda itu yang kurang, karena kita hanya berinteraksi dengan sebatas sesuatu yang sama, itu yang saya lihat.

Toleransi antar umat beragama dan inter umat beragama, sebagai bagian dari masyarakat multikultural, merupakan hal yang sangat penting. Salah satu penyebeb timbulnya konflik antar umat beragama dan inter umat beragama adalah lemahnya rasa toleransi. Aktivis NU memaparkan bahwa Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta tidak hanya mengatur toleransi antar umat beragama, tetapi juga mengatur toleransi dalam masyarakat yang lebih luas yang disebut multikultural. Masyarakat multikultural terdiri dari berbagai macam ras, bangsa, agama, suku, kepercayaan, adat istiadat, budaya, peradaban, dan dari latar belakang kehidupan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ada tiga macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan manusia.

  1. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh akidah/keimanan, tanpa membedakan golongan.
  2. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah, persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspekaspek kekhususan lainnya.
  3. Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya.

Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Seperti yang sudah diajarkan di dalam NU, bahwa Nahdiyyin harus memiliki prinsip untuk bersikap demokratis di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh aktivis NU, MaskurWahid mengatakan:” Prinsip itu membuat warga NU lebih demokratis dan menghargai setiap golongan yang ada di Indonesia khususnya di agama Islam sendiri. Prinsip tersebut adalah:

  1. Fikrah tawassatuthiyyah (pola fikir moderat), artinya NU senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan I‟tidal (moderat) dalam menyikapi persoalan.
  2. Fikrah tasamuhiyah (pola fikir toleran ), artinya NU dapat berdampingan secara damai dengan pihak lain walaupun aqidah, cara fikir dan budanya berbeda
  3. Fikrah ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya NU senantiasa melakukan perbaikan ke arah lebih (alishlah „ala huwa aslah).
  4. Fikrah tathowwuriyah (pola pikir dinamis), artinya NU senantiasa melakukan kontektualisasi dalam merespon berbagai persoalan.
  5. Fikrah manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya NU senantiasa menggunakan kerangka berfikir yang mengacu kepada manhaj yang telah di tetapkan oleh NU.
  6. Pandangan Aktivis NU Terhadap Beberapa Golongan Dalam Islam
  7. Pandangan Aktivis NU Terhadap Aqidah, Praktek Ibadah Serta Muamalah dari Islam Syiah;

Aktivis NU sama sekali tidak menghujat dan mendiskriminasi suatu golongan apapun, walaupun pada dasarnya segala sesuatu itu ada nilai positif serta negatifnya, namun aktivis NU melihat itu semua sebagai sebuah perlombaan dalam kebaikan atau sebagai ijtihad. Berbicara masalah Syiah, aktivis NU berpendapat bahwa syiah adalah satu kelompok umat Islam yang berbeda pandangan mengenai syariah bersifat fiqiah.

Aktivis NU mengapresiasi terhadap peran Syi‟ah,adapun terkait perbedaan idiologi itu bukan persoalan menurutnya. Zaenal Alimin berkata, “Saya pun mengapresiasi tentang peran Syi‟ah dalam perkembangan peradaban Islam di dunia.

Kitapun harus mengakui bagaimana ilmu pengetahuan berkembang pesat oleh orang Syi‟ah.

Selain aktivis NU mengakui gerakan luar biasa yang dilakukan oleh orang Syi‟ah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tokoh Syi‟ah pun seperti Ibnu Sinadan banyak lagi lainnya menjadi rujukan bagi penggemar filsafat Islam. Dan yang difahami aktivis NU adalah bahwa ada kesamaan beberapa kebudayaan dan kultur antara Iran yang mayoritas Syi‟ah di Indonesia. Dari segi kebudayaan yang menjadi nilai ibadah, orang Syi‟ah merayakan malam 10 Asyura yang hal ini menjadi hal rutin dirayakan pada bulan Muharam.

Namun dari beberapa kesimpulan yang didapat dari aktivis NU terkait Syi‟ah dengan segala pemikiran dan ajarannya di Indonesia tidak menjadi sebuah masalah, selama tidak mengganggu NKRI atau idiologi di Indonesia itu tidak menjadi permasalahan. Zaenal mengutip perkataan Sao‟id Aqil Siradj, “Persoalan sosial selama Syi‟ah itu orang Indonesia yang baik dan mempunyai cita-cita yang sama memperjuangkan Indonesia dan keutuhan NKRI, kita tetap berhubungan baik,itu saja.

  1. Pandangan Aktivis NU Terhadap Aqidah, Praktek Ibadah Serta Muamalah Dari Islam Persis

Karena melihat dari sejarahnya persis adalah salah satu produk Indonesia.

Persis dilahirkan oleh salah satu faktor politik. Maskur Wahid mengungkapkan,“Persis lahir karna dari faktor politik, yaitu sempat terjadinya perbedaan aspirasi dalam naungan organisasi.” Gagasan yang diutamakan oleh Persis sama yaitu pemurnian aqidah yang digagas oleh Wahabi adapun konsep jalannya mungkin berbeda, untuk lebih jelasnya aktivis NU belum memahaminya.

Namun yang difahami oleh aktivis NU kurang menyepakati Islamisasi Arab di Indonesia. Namun secara aqidah Persis sama dengan NU hanya saja perbedaannya terletak di Furu’iah. Bahwa gagasan utama Persis sebenarnya pemurnian aqidah tapi metode mereka membawa konsep Islam Arab ke Indonesia. “ Karena Persis adalah salah satu ormas yang pengikutnya terbanyak juga di Indonesia, maka dari segi muamalah pun baik, bahwa Persis memiliki

cita-cita yang sama dengan Indonesia.” (Bersambung)

Penulis adalah Guru Besar UIN IB Padang / Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar / Anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat / A’wan PBNU / Penasehat ICMI Sumbar

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles