Tidak Satupun Batang Hidung Petugas Dishub Maupun Polantas Kelihatan Mengaturnya
Bekasi, Demokratis
Kemacetan lalulintas yang terjadi adalah di wilayah Cikarang, tepatnya di depan Terminal bus karenakan dibuatkan putaran untuk putar balik ke arah Jakarta. Putaran ini dikuasai oleh preman-preman recehan sehingga kendaran besar maupun ukuran kecil tersendat di putaran tersebut sehingga kemacetan lalulintaspun tidak terelakkan. Konyolnya tidak satu batang hidung petugaspun tampak dititik kemacetan tersebut.
Wartawan Demokratis setiap pagi melintasi daerah ini dan kemacetan lalulintas kerap terjadi. Seyogiaya putaran ini ditutup sehingga kemacetan lalulintas tidak akan terjadi. Namun cara pemerintah Kabupaten Bekasi untuk membuat putaran 100 meter dari terminal bus tersebut dinilai kurang tepat. Dan tidak melihat imbas adanya putaran segala jenis kendaraan. Petugas Dishub yang nenangani lalulintas maupun Polantas tidak mau peduli hal kemacetan setiap hari yang terjadi di wilayah Cikarang tersebut. Maka perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja para petugas yang digaji oleh rakyat tersebut.
Selain kemacetan didepan terminal bus Cikarang, kemacetan lalulintaspun terjadi di Jl Martadinata atau di lokasi Mall SGC. Daerah ini adalah titik kedua kemacetan paling parah karena bahu jalan raya berubah jadi pasar sayur. Pasar sayur di Jl Martadinata ini membuat jalan raya untuk menuju Karawang menjadi sempit disebabkan oleh ulah para pedagang.
Sangat disayangkan pihak pemerintah Kabupaten Bekasi tidak merasa risih memandang potret buram tersebut. Memang uang retribusi sudah pasti masuk ke kas daerah Kabupaten Bekasi. Namun terkesan Kabupaten Bekasi sangat semrawut terutama soal lalulintas maupun pasar sayur yang ilegal tetap dipertahankan. Bupati Kabupaten Bekasi diharapkan segera melakukan pembenahan infrastruktur agar aman dan lebih tertib. (Juanda Sipahutar)