Subang, Demokratis
Jembatan yang menghubungkan Desa Sukahurip dengan Desa Bantarsari Kecamatan Cijambe yang amblas, akhirnya DPRD Subang menyepakati perbaikannya menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT), Rabu (3/1/2024).
Seperti diketahui jembatan di atas Sungai Cilamatan yang sudah dua kali amblas. Pertama, tanggal 25 Desember 2023, kedua 1 Januari 2024. Sementara amblas yang kedua kalinya lebih parah, sehingga tak bisa dilalui oleh kendaraan.
Ketua DPRD Subang, H Narca Sukanda mengatakan, jika apa yang dikatakan oleh BPBD dan Dinas PUPR Subang bahwa rusaknya jembatan itu masuk kategori bencana, karena tersapu derasnya arus sungai, maka sudah sewajarnya anggaran perbaikannya menggunakan BTT.
“Kalau kriterianya masuk bencana alam, maka perbaikan jembatan itu bisa menggunakan anggaran BTT. Memang sudah seharusnya anggaran BTT itu membiayai sesuatu yang di luar perencanaan, ya seperti bencana alam ini,” ungkap Narca kepada awak media seperti dikutip Pasundan Ekspres.
Lebih jauh Narca mengatakan, jika anggaran untuk BTT tersedia, maka harus disegerakan. “Kalau anggaran tersedia, segera gunakan untuk perbaikan jembatan itu,” ujarnya.
DPRD Subang, lanjut Narca, prinsipnya mendukung apa yang dilakukan oleh Pemda untuk melakukan percepatan perbaikan jembatan tersebut. “Jelas kami mendorong agar jembatan tersebut segera diperbaiki. Kita tahu bahwa itu merupakan sarana publik yang penting,” ujarnya.
Dia mengatakan, jembatan penghubung desa tersebut sangat berarti bagi warga. Itu merupakan akses warga untuk beraktivitas perekonomian termasuk pendidikan.
Maka, kata Narca, jika kerusakan jembatan tersebut dibiarkan berlarut-larut akan merugikan masyarakat di desa tersebut.
“Jembatan itu kalau tidak segera diperbaiki akan sangat menganggu masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas PUPR Subang Heri Sopandi melalui Kabid Jembatan Ahmad Amin mengatakan, persoalan amblasnya jembatan tersebut telah menjadi perhatian Pemda Subang sejak amblas yang pertama. Terlihat dari kunjungan Pj Bupati Subang Imran pada 26 Desember 2023.
Dia mengatakan, langkah tercepat yang akan dilakukan oleh Dinas PUPR yakni penanganan darurat. Dinas PUPR akan mengamankan rangka baja jembatan terlebih dahulu.
“Rencananya minggu ini akan dilakukan penanganan sementara,” katanya.
Di samping itu, Dinas PUPR Subang saat ini tengah mempersiapkan usulan agar perbaikan Jembatan Cilamatan tersebut melalui anggaran BTT. Saat ini proses adminitrasi yang diperlukan tengah dipersiapkan.
Mengenai anggaran untuk perbaikan jembatan tersebut, kata Ahmad Amin, saat ini masih dilakukan perhitungan. “Tim teknis kami lagi menghitung anggaran yang dibutuhkan berapa,” katanya.
Kabid Jembatan menuturkan, perbaikan jembatan Cilamatan itu perlu masuk BTT karena masuk kategori bencana. Pihaknya juga sudah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang.
Kepala BPBD Subang Udin Jazudin membenarkan bahwa rusaknya jembatan itu masuk kategori bencana. Pihaknya mendorong agar perbaikan jembatan masuk anggaran BTT.
Udin pun mengimbau kepada warga agar tidak mendekati Jembatan Cilamatan yang rusak tersebut. Kondisi jembatan yang rusak dapat membahayakan keselamatan.“Saya imbau warga jangan jadikan jembatan rusak itu jadi tontonan. Imbauan ini untuk orang tua termasuk anak-anak,” ujarnya.
Sementara itu, rusaknya jembatan ini dikeluhkan oleh warga di desa tersebut. Warga setempat yang berhasil dihubungi mengatakan, terputusnya jembatan yang menjadi penyambung jalan Desa Sukahurip dengan Desa Bantarsari membuat aktivitasnya terhambat. “Kami berharap Jembatan Cilamatan sebagai penyambung jalan desa ini agar segera diperbaiki, karena satu-satunya akses jalan utama yang paling cepat untuk dilalui oleh warga setempat,” ujarnya.
Menurut Kades Sukahurip Denny Syetiawan Permadhy, jembatan tersebut roboh akibat arus deras yang meluap di Sungai Cilamatan. “Jembatan roboh dikarenakan tergerus air yang sangat deras akibat hujan besar pada Senin (1/1) jam 17.30 WIB,” ucapnya.
Dia mengatakan, dampak dari jembatan putus itu menghambat aktivitas warga. Akses jalan utama yang sering dilalui sehari-hari itu kini tidak bisa lagi dilewati, sehingga warga setempat harus memutar jalur sedikit lebih jauh. (Abdulah)