Hariman Siregar, Aini Chalid (alm) dan kawan-kawan lain adalah tokoh Malari. Dia atikvis yang dibanggakan. Pantas dikenang.
Malari sabagai singkatan Malapateka 15 Januari adalah demontrasi 15 Januari 1974 di Jakarta. Peristiwa yang menelan koban 11 orang meninggal dunia, 370 orang terluka, ditambah kerusakan gedung pertokoan, dan sarana umum lainnya. Kejadian itu terjadi 50 tahun yang lalu.
Malapetaka tersebut dimotori mahasiswa ditujukan pada penguasa Orde Baru (Orba). Berawal dari anti modal asing yang menguasai ekonomi Indonesia yang dengan dukungan pemerintah Orba. Hal itu dipandang sebagai membahayakan kedaulatan negara dengan menguasai ekonomi dan mendominasi negara. Protes telah dilakukan kepada negara. Tapi tidak diacuhkan. Malahan yang mengadakan protes dianggap membahayakan negara.
Muncul pertanyaan pembangunan ekonomi dilakukan untuk siapa? Rakyat, tidak. Inilah yang menyebabkan konflik antara mahasiswa dan pemuda dengan penguasa. Penguasa bekerjasama dengan negara asing untuk kepentingannya.
Rasa-rasanya nuansa Malari dan Reformasi sepertinya identik sama. Reformasi adalah perjuangan kian berkuasanya sang peajabat. Temannya korupsi, nepotisme dan kolusi.
Persamaan Reformasi dan Malari, adalah kalau Malari anti pada modal asing, dan Reformasi korusi, kolusi dan nepotisme (KKN) anti pada KKN. Kedua sama-sama merusak negara.
Kalau Malari mestinya dilakasanakan pro pribumi dan anti asing. Demikianlah harusnya Reformasi menjauhkan korupsi, menjauhkan nepotisme dan melarang kolusi. Demikianlah persamaan dan perbedaan dari dua pola gerakan itu.
Sekarang kita catat peristiwa dalam sejarah bangsa kita. Gerakan Malari merobohkan Orba tapi tidak roboh. Cuma sempat menurunkan Universitas Indonesia sebagai Universitas Orba.
Artinya Universitas Indonesia tidak lagi sebagai perguruan tinggi yang pro Orba bernafaskan dan berjiwa pro asing. Dahulu kampus Universitas Indonesia Salemba 4 terpancang papan nama bermerk Kampus Orde Baru. Sekarang plang nama papan nama itu sudah tak ada lagi.
Pada akhirnya sebagai pemuda yang ikut Malari dan ditangkap di Pekanbaru 21 Januari 1974 mendekam di penjara selama dua bulan, merasa waktu itu belum lama. Padahal sudah 50 tahun yang lalu.
Selamat pada Hariman Siregar yang masih sehat sampai kini. Walau sudah banyak yang dipanggil yang Maha Pencipta tapi esensi nafas gerakan Malari masih ada hingga sekarang.
Jakarta, 15 Januari 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta