Jumat, September 20, 2024

Politisasi Sembako dan BLT

“Terima kasih Bapak Presiden telah memperhatikan kami.” Ucapan ikhlas ini berasal dari hati masyarakat yang menerima sumbangan ditulis pada spanduk. Masalah kah ucapan itu? Rasanya kok tidak.

Realitasnya ucapan itu bermasalah. Karena dikaitkan dengan pemilihan presiden sebagai politisasi sumbangan sembilan bahan pokok (sembako) dan bantuan langsung tunai (BLT). Yang berasal dari anggaran negara yang tidak boleh dihubungkan dengan kampanye pemilihan umum (pemilu).

Sebagai orang timur kalau menerima sumbangan memang biasa mengucapkan rasa terima kasih. Lazimnya demikian. Pertanda keikhlasan budi menghargai orang.

Demikianlah karakter masyarakat yang bersopan santun. Karakter itu kini berubah karena memberi itu ada berada, yaitu bermotif lain seperti kampanye. Akan diberi sumbangan kalau memilih calon dari kita.

Berdasar ungkapan karena ada berada tak akan tempua bersarang rendah. Maksudnya tiada sumbangan kalau tidak ada imbalannya. Balasanya itu adalah suara dalam pemilu nanti diperuntukan sang pemberi sumbangan.

Hanya perlu diperjelas sumbangan itu asal dari mana. Uang atau dana pribadi atau duit negara. Kalau dana asal negara berasal dari rakyat tak perlu balas jasa sebab itu adalah uang rakyat juga.

Kembali pada konsep politisasi sumbangan atau bantuan langsung tunai atau semacamnya adalah akal-akalan. Menggunakan sesuatu yang tidak tempatnya mengelabui rakyat. Sebenarnya adalah manipulasi yang tidak benar.

Di sinilah kita harus paham konsep politisasi uang negara. Jangan mau ditipu para penyumbang itu bukan sumbangan ikhlas dan bukan uang dia penyumbang hanya manipulasi seolah-olah sumbangan berasal dari dia.

Sampailah kita pada kesimpulan politisasi sumbangan harus hati-hati. Mari kita melaksanakan pemilu dengan proses kompanye yang benar.

Tak ada pejabat yang menyamakan sumbangan negara itu dengan memanipulasi. Atau menggertak kalau menerima sumbangan harus memilih calon tertentu akan menanggung risiko jabatan dipecat dan sebagainya. Karena kita ingin pemilu yang bermartabat. Semoga!

Jakarta, 30 Januari 2024

*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamaka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles