Jika momentum pemilihan umum (pemilu) 14 Februari 2024 mengutip suasana istilah Melayu, Lancang Kuning berlayar malam ke laut dalam. Ombak besar dan angin topan menghadang perlu nakhoda yang pandai dan trampil.
Jika tidak pandai dan trampil suasana kita bisa kacau dan kapal bisa karam. Kapal karam harus kita hindari. Kita amankan perspektif pemilu dan masa depan bagi Indonesia berkemajuan.
Dalam gaya bahasa asosiatif ombak besar itu adalah demontrasi people power yang menuntut presiden berhenti sebelum pemilu. Ini ide mustahil demontrasi people power sama dengan pemakzulan presiden.
Memang kegiatan pemilu amatlah besar, strategis dan penting. Dilihat jangakaunnya juga yang terlibat banyak sekali orang. Yang paling penting lagi tujuannya.
Yang terlibat adalah ratusan juta orang dewasa. Mereka yang punya hak pilih menurut undang-undang. Satu bangsa Indonesia dari wilayah Sabang hingga Papua.
Esensinya menentukan presiden lima tahun. Memilih pemimpin legislatif di pusat dan daerah. Satu hari itu ada lima kegiatan. Semuanya berskala lima tahun ke depan.
Memang kegiatan strategis dan besar. Harapannya berlangsung aman, damai, jurdil, serta bermartabat. Berjalan dengan semangat untuk kemajuan Indonesia di masa depan.
Berhubungan dengan itu kita beri tiga catatan:
Pertama, sukses pemilu yang merupakan harapan kita semua.
Kedua, berlangsung dengan lancar. Dalam suasana yang jauh dari bencana alam seperti banjir dsbnya.
Ketiga, berlangsung jauh dari kecurangan, manipulasi dan lain serupa. Karena tedegar isu-isu yang kurang baik. Karena hal itu akan menodai demokrasi.
Begitulah catatan kita pada momentum pemilu ini. Mengawal tujuan agar terwujud dengan baik. Yaitu damai, aman, dan bermartabat.
Pada kesempatan ini harus kita sadari bersama sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampau. Pemilu yang bersamaan pemilihan presiden dan pemilihan dewan perwakilan daeah (DPD), dewan perwakilan rakyat provinsi, kabupaten dan kota.
Sekali lagi kita berharap jangan ada tujuan jelek. Haruslah pemilu yang baik. Tidak boleh ada motivasi atau niat ingin berbuat pemilu tercela. Pemilu yang tidak adil pemilu yang manipulatif.
Terpulang kita semua. Di samping pengelola yaitu nakhoda yang trampil mampu membawa biduk belayar di laut dalam. Selamat sampai ke seberang!
Jakarta, 13 Februari 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta