Pembelajar komunikasi tentu akan berhubungan dengan ilmu public relation dan human relation. Begitu juga dalam mengelola partai politik (parpol). Dua esensi ilmu public relation dan human relation. Kaitan keduanya semakin elok maka makin sukseslah manajemen parpol.
Secara profesional mayor analisis semakin dipercaya elemen profesional antara esensi human dan esensi public kian baik. Sehingga kata public dan human perlu didalami maknanya. Termasuk dalam menata kelola parpol.
Pola mantap ideologi dan fleksibel dalam praktek menjadi manunggal. Satu kesatuan yang utuh. Harus dijadikan pegangan. Begitulah dalam berpartai politik.
Yang demi kian penting dalam partai politik. Sebab ada pertanyannya mengapa satu partai bertambah maju, dan lain partai dulu maju sekarang kok mundur. Di mana salah pengelolaannya.
Ambillah misal satu partai kita targetkan masuk ke Senayan dengan bobot suara 4 persen sebagai syarat mutlak. Susah mencapainya malah jauh dari harapan. Namun ada partai yang tetap bertahan.
Analisa sementara kita adalah kegagalan dalam human relation dan public relation itu. Partai poliik harus sukses mengelola unsur utama tsb. Oleh karenanya kita perbaiki.
Dengan meminjam Susei Hwang harus memperdalam study analisys skill dalam menjajaki dan tujuan. Hal yang sama dengan kritik Anesh Ramen dalam argument intelligent mark kerja ke depan. (New York Times, February 14, 2024)
Pada surat kabar New York Times edisi 14 Februari 2024 menulis hal itu. Dengan tekanan pada argumen konsep mark intelligent (tingkat kecerdasan) dalam tata laksana kerja. Artinya ada  ketrampilan yang kurang. Hingga keberhasilan kerja menjadi kurang pula.
Dalam menyoroti kerja partai politik kita dapat menunjukan dua konsep komunikasi.
Pertama, human relation. Menyangkut hubungan dengan anggota partai atau non anggota. Harus terlaksana dengan baik dan santun. Hubungan yang manusiawi (human).
Kedua, public relation. Hubungan dengan banyak orang (public). Hendaknya partai punya simbol yang bagus hingga orang lain tertarik. Seperti papan nama yang memadai.
Dengan demikian partai yang human relation dan public relation yang andallah unggul untuk maju atau bertahan. Dengan demikian partai bisa maju ke masa depan. Jualan dengan konsep memuaskan rakyat.
Implemtasi pelaksanaan partai dengan santun dan lembut pada anggota atau bukan anggota itulah partai yang laku. Partai bukan ideologi belaka saja namun juga komunikasi pergaulan. Partai mantap dalam ideologi tapi fleksibel dalam komunikasi.
Jakarta, 17 Februari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta