Kritik terhadap reformasi dijawab saja dengan gampang. Ada reformasi saja sudah syukur alhamdulillah. Tinggal kita bersabar dan banyak belajar.
Adanya reformasi kita gulirkan dari 1998–2024 mengganti sistem orde baru sudah dua puluh lima tahun. Berarti kita laksanakan seperempat abad cukup lama. Sudah lima kali pemilihan umum dilaksanakan.
Meski demikian sudah sukses kah reformasi itu? Kalau mau dijawab belum. Baru sukses memantapkan ide atau konsep. Yaitu tidak korupsi, tidak kolusi, tidak nepotisme. Pengejawantahan tapi implementasinya memang sudah diomongkam perlu reformasi konsepnya belum.
Ini masalah mengemuka bersamaan dengan kelangsungan pemlihan umum (pemilu). Dimana kita sedang memilih presiden baru. Yang sejalan dengan reformasi.
Karenanya kita harus belajar lebih banyak dan dengan sabar. Baru pada omong dan janji. Namun pada fakta belum dilasanakan baru pada mulut belum pada perbuatan.
Sebab lain kita amati pada belum berkuasa, dan ketika sudah berkuasa pada kenyataan berbeda. Coba saja ketika belum berkuasa kita bertekad untut menumpas korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Kalau sesudah berkuasa ikut juga ber-KKN.
Ternyata benar ungkapan yang mengatakan ringan mata memandang tetapi berat bahu memikul. Enak mengucapkan tetapi sukar untuk melaksanakan. Reformasi hanya pada konsep bukan pada pelaksanaan.
Demikianlah yang kita alami sekarang. Reforamasi sudah berlangsung 25 tahun lebih. Hasilnya belum sebagai mana harapan.
KKN itu mempunyai dua sisi yang tak boleh berpisah. Yaitu konsep dan praktek pelaksanaan. Bila konsep saja akan berupa ekspektasi dan harapan belaka.
Oleh karena itu mari banyak belajar tentang reformasi dalam perspektif perjuangan perubahan kebudayaan. Kebudayaan yang berhasil jika dilaksanakan dan disepakati konsep perubahan itu. Misalnya konsep KKN ke implementasi dalam praktek.
Maka konsep KKN harus dinyatakan dalam realitas merubah konsep sebelumnya. Pelaksanaan tidak korupsi, tidak kolusi dan tidak nepotisme secara nyata dan konsekuen.
Dengan demikian mari kita bertekad dengan sepenuh hati. Mengingatkan semua pihak untuk menyadari dan melihat pelaksanaan konsep reformasi yang benar. Agar konsep reformasi berjalan sesuai dengan harapan.
Pertanyaan reformasi saat kini bagaimana keadaannya? Jawablah sendiri. Yang penting harus bersabar. Ini adalah perubahan kebudayaan. Perlu dihadapi dengan hati dan semangat laksana api yang tak pernah padam.
Jakarta, 23 Februari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta