Oleh Masud HMN *)
Pebedaan pandangan politik dilambangkan dengan gaya pribadi menjadi persoalan. Itulah terjadi kini dengan gaya kepemimpinan Megawati Sukarnoputri, yang tidak luwes dan tidak suka kompromi terhadap lawan politiknya.
Sofjan Wanandi dari Centre for Strategic International Studies (CSIS) menyatakan demikian. ”Ia tidak suka kompromi dan tidak luwes,” ucapnya. “Padahal politik itu banyak kompromi dan harus mengandung sikap pribadi yang luwes,” katanya.
Dalam pandangan Sofjan Wanandi banyak kesempatan yang hilang karena sikap pribadi yang tak suka kompromistis itu. Ini merugikan secara politik yang selalu punya aneka kesepakatan banyak. Sebab bagi seorang politikus pelbagai hal mesti dicari jalan tengah sebagai jalan keluar.
Inilah sebab mengapa tidak berharap lagi pada Megawati Sukarnoputri. Ia menjadi penguasa di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) lantaran jabatannya sebagai Ketua Umum di partai berlambang banteng moncong putih tersebut. “Harusnya ia mundur dari PDIP demi masa depan partai itu sendir,” kata Sofjan Wanandi mengutip sebuah stasiun telvisi swasta Jakarta.
Ini identik juga dengan pengalaman yang terjadi pada penulis sendiri. Sikap tak mau kompromi Megawati saat lintas agama mencoba melakukan agar kompromi atau berjabat tangan dengan Susilo Bambang Yudhono (SBY) saat pelantikannya menjadi presiden tahun 2024. Bu Megawati tidak mau.
Kami dari kelompok lintas agama terdiri Kristen, Budha, Islam, dan Katolik gagal meyakinkan Bu Megawati Sukarnonya. Tetap menolak bersalam dengan SBY walaupun mau mengakui resmi Presiden SBY.
“Biarlah saya sendirian,” katanya. Tetap menolak berjabat tangan dengan SBY. Kami menemui di mana ia tinggal di Kebagusan di rumah pribadinya.
Yang dialami ini bukan dengan kami saja. Ada yang lain juga. Ada banyak catatan bernada serupa.
Ada kesakitan hati yang ia sendiri mengalami sebagai kata buku Titie Said dalam bukunya Hati Perempuan. Membedakan dengan laki-laki yang lebih obyektif dan rasioanal. Perempuan sensitif dan perasa.
Dengan uraian di atas, kita mencoba merumuskan sikap yang tak mau kompromi dan tidak luwes itu, yaitu:
Pertama, sikap tidak luwes itu adalah bersifat pribadi. Egoisme yang dimiliki kebanyakan orang.
Kedua, bawaan itu kurang pas untuk orang beraktivitas di bidang politik
Dengan catatan tersebut, pada prospek Ibu Megawati amat menarik karena partai besar dan mengalami banyak beda pendapat. Terutama dalam partainya sendiri. Ada pandangan yang tak sama.
Yang penting mari kita telaah mudarat dan manfaat sikap tersebut. Ternyata ada mudarat yang tak bisa kita lupakan. Di sinilah kita belajar mengambil yang manfaat dan menyingkirkan yang mudarat.
Jakarta, 23 Mei 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta