Minggu, September 29, 2024

Seni Religius Dalam Lagu

Oleh Masud HMN *)

Rasanya kini kurang seni yang bernafaskan agama. Sebagai contoh seni nyanyi religius amat langka. Padahal kebudayan memerlukan esensi religi.

Dalam kaitan itu kita kutip Rais Yatim seorang tokoh Malaysia berpendapat budi sebagai dasar kebudayaan. Dari unsur itu muncullah pelbagai bentuk budaya, sejak dari bahasa, musik, yang bermuatan keindahan dan kehalusan.

Kehalusan budi tercermin dalam kata. Demikian Rais Yatim. Mungkinkah kata-kata kasar membawa perasaan yang halus? (Budi Asas Tamadun 2022)

Perasaan yang halus selalu disimbolkan tata karma perasaan halus. Inilah yang tidak banyak dipahami sehingga diabaikan begitu saja. Suasana menjadi kering, dan seni tidak dipergunakan sebagai penghalus suasana.

Di dunia kini begitu lain kondisinya. Seni makin tak dipedulikan. Bahkan seni menjadi tersingkir haram. Islam dikondisikan jauh dari masyarakat dan tak ramah dengan seni.

Berlawanan dengan zaman dulu seni akrab lingkungan. Masih segar dalam ingatan budaya “piring hitam” . Yang penuh dengan suara sendu dan halus nyanyi Umi Kulsum.

Penyanyi wanita Arab itu amat kesohor di dunia musik. Membawa nuansa Islami yang melankolis namun berkesan dalam kalbu mendalam. Ia hadir dalam piringan hitam dengan suara yang penuh religi.

Biladi adalah lagu kebangsaan Mesir diambil dari karangan dan suara Umi Kalsum. Presiden Mesir Anwar Sadat menetapkan lagu itu. Lagu Biladi yang bermanka Tanah Airku.

Indonesia punya seorang penyair bernama Taufik Ismail (89). Lahir 25 Juli l935 di Bukittinggi   dari pasangan Profesor dan Ulama Ghafar Ismail dan Istrinya bernama Esiyati Yatim. Ia muncul dari seni sastra beraliran realisme.

“Engkau dekat aku dekat.” Adalah melambangkan kedekatan manusia dengan Tuhan. Lagu Bimbo itu hasil gubahan kata Taufik Ismail. Juga lagu penyanyi lain.

Bergelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Alumni pendidikan dokter hewan di Universitas Indonesia (UI). Ia juga menjadi konsultan dewan bahasa.

Dengan dua pusinya yang terkenal yaitu “Kembalikan Indonesia padaku” dan  “Aku  (malu) jadi  orang Indonesia“. Taufik sebagai penulis puisi angkatan 66 tekun membaca dan banyak penghargaan diraihnya.

Demikianlah Taufik Ismail yang kita perlu teladani. Pernah mendapat penghargaan Pemerintah Indonesia juga Pemerintah Australia di bidang puisi. Semoga Taufik Ismail panjang umur.

Jakarta, 24 Juni 2024

*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles