Subang, Demokratis
Pemerintah Desa (Pemdes) Margahayu Kecamatan Pagaden Barat, Subang, memperingati sekaligus menggelar tasyakur milangkala ke-38 tahun dan ruat bumi diwarnai pertunjukan seni wayang golek, dipusatkan di Lapangan Sepakbola Desa Margahayu, (12/10/2024).
Kades Margahayu H Ma’in Permana mengungkapkan hari jadi Desa Margahayu yang jatuh pada 12 Oktober, Pemerintah Desa Margahayu bersama para tokoh masyarakat menggelar ruwatan bumi. Rangkaian acara juga diisi dengan pagelaran wayang golek dari Giri Harja 3 menghadirkan Ki Dalang Dadan Sunandar Sunarya.
Ia menjelaskan ngaruwat artinya merawat. Ngaruwat sendiri berasal dari kata ruwat atau ‘ngarawat’ yang dalam bahasa Sunda artinya merawat atau menjaga. Ngaruwat di masyarakat Sunda awalnya hadir sebagai syukuran bumi atau hajat bumi, biasa disebut juga Ngaruwat Bumi, ada juga Ngaruat lembur, dan sebutan-sebutan lainnya.
“Ini (Ngaruwat) adalah tradisi upacara adat masyarakat pedesaan di daerah Jawa Barat. Tradisi yang telah berusia ratusan tahun ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tandasnya.
Ngaruwat juga kata dia, merupakan sebuah wujud penghormatan kepada para leluhur yang telah lebih dulu ada dan membuka kampung. Mereka telah memelihara dan merawat kampung yang hingga saat ini masih bisa dinikmati oleh segenap warga.
Nilai dari Ngaruwat Bumi, adalah merangkai yang terberai, menyusun kembali kekayaan hidup, kebudayaan di Desa Margahayu, Kecamatan Pagaden Barat, khususnya dan umumnya di Kabupaten Subang.
“Semoga Ngaruwat Bumi ini menjadi spirit hidup buat pemerintahan dan masyarakat Desa Margahayu serta mampu bangkit di berbagai permasalahan,” jelas dia. (Abdulah)